. Ahlan wa Sahlan: Juni 2011

Rabu, 22 Juni 2011

_Karena dia Pilihanku_

0 komentar
Bismillah...

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...


Aku sedang menanti dia.
Seorang lelaki yang akan bergelar suami.
Seorang mukmin yang merindui syahid di jalan ALLAH.
Seorang hambaNYA yang senantiasa Dzikrullah.

Dia seorang lelaki yang tegas dan berani.
Dia tidak pernah takut untuk berkata benar.
Dia tidak pernah gentar melawan nafsu yang ingin menguasai diri.
Dia senantiasa mengajak aku berjuang berjihad fisabilillah.

Dia selalu menghiburkan aku.
Dengan alunan ayat-ayat suci Al-Quran.
Dengan dzikir-dzikir munajat.
Dengan surat-surat rindu yang dihafalnya.

Ketika aku terlena mimpi indah duniawi.
Dia menasehati ku supaya mengingati mati.
Ketika aku sedang asyik terpesona dengan buaian cinta dunia.
Dia menyadarkan aku betapa lezatnya lagi pesona cinta Yang Maha Esa.

Dia memang senantiasa kelihatan penat.
Matanya penat karena membaca.
Suaranya lesu karena penat mengaji dan berzikir.
Badannya letih karena bermunajat di malam hari.

Dia senantiasa mengingati mati.
Baginya,dunia ini adalah pentas lakon semata-mata.
Kita hambaNYA adalah pelakon.
Hasil keputusan lakonan kita akan diputuskan di padang Mahsyar nanti.

Dia senantiasa menjaga matanya dari perkara-perkara maksiat.
Dia senantiasa mengajak aku mendalami ajaran Islam.
Dia seorang yang penyayang dan taat akan kedua ibu bapak.
Dia juga senantiasa berbhakti untuk keluarga.

Dia senantiasa tabah dan sabar dalam menghadapi fitnahan.
Baginya fitnahan itu adlh sebuah cambukan.
Sajadah imannya yang terkoyak.
Lantaran mungkin karena kekhilafannya sendiri.
Dia senantiasa menjaga sholatnya karena itulah sejati diirinya.
Dia senantiasa bersedia menjadi imam dan pemimpin keluarga.

Dia tidak pernah berasa malu mempertahankan agama IslamNYA.
Karena Islam adalah dien ALLAH yang sebenar-benarnya.
Dia senantiasa ingin mencontohi sifat-sifat mulia Rasullullah S.A.W.
Dia juga senantiasa berusaha mencintai kekasih agungnya.
Kekasih sejatinya dan kekal abadi.
Yaitu ALLAHURABBI...

Dia selalu berdoa dan mengimpikan syurga
Dia ingin mengajak aku ke sana sekali.
Karena, di situlah tempat pertama wujudnya cinta.
Dia ingin bawa aku ke syurga yang abadi dan hakiki.

Aku mencintai dia karena agamanya dan karena cintanya kepada Maha Pencipta.
Andai dia hilangkan cintanya, maka hilanglah cintaku pada dia.
Cinta dia terhadap Maha Pencipta mendekatkan aku padaNYA.
Cinta Illahi jugalah yang menyebabkan aku memilih dia.

Siapakah dia..???
Aku juga tidak mengetahui siapakah dia jodoh ku.
Hanya Engkau Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
Doaku, semoga dia tercipta untuk ku..
Semoga aku bertemu jodoh dengan dia.
Karena..Dia pilihan ku..

Sumber : http://www.facebook.com/notes/mimbar-dakwah-islam/karena-dia-pilihanku/10150226956720817
Read more ...

_Menaklukkan Hawa Nafsu _

0 komentar
Bismillah...

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatauh..


Setiap pagi seseorang dikerumuni oleh hawa nafsu, ilmu, dan amalnya. Apabila amalnya mengikuti hawa nafsunya maka harinya adalah hari yang buruk, dan apabila amalnya mengikuti ilmunya maka harinya adalah hari yang baik." (Abu Darda')

Abdullah bin Hudzafah as-Sahmy diturunkan dari tiang gantungan. Ancaman yang dilancarkan oleh para algojo kaisar Romawi itu tidak menggoyahkan imannya. Pun ia telah menyatakan bahwa kematiannya seribu kali lebih disukainya daripada kematian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan ia membuktikannya.

Sekarang tampaknya Kaisar akan mengujinya dengan cara halus. Tubuh abdullah dibersihkan, diberi wewangian, dan dipakaikan padanya pakaian yang indah. Kemudian ia digiring ke sebuah kamar yang penuh makanan lezat. Pintu ditutup. Namun tak seberapa lama masuklah seorang wanita yang sangat cantik ke kamar itu. Tanpa basa-basi, wanita itu melucuti seluruh pakaian dan semua sifat malunya. Ia menggoda Abdullah dengan berbagai macam cara.

Abdullah pun menutup kedua matanya. Sebagai seorang lelaki normal, bukannya ia tidak terkesima dengan kecantikan wanita yang terlihat olehnya sesaat ia masuk mengagetkannya. Namun Abdullah selalu merasa diawasi oleh Allah di mana pun dan kapan pun ia berada.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan kasar. Wanita itu keluar. Bukan mengulum senyum kemenangan, tetapi dengan tangisan kegagalan. "Aku tak tahu apakah aku berhadapan dengan laki-laki atau sebongkah batu, sebagaimana aku tidak tahu apakah aku sekarang seorang pria atau wanita," katanya.

Kaisar segera memerintahkan prajurit untuk menyediakan tungku raksasa berisi air mendidih. Seorang tawanan segera dilemparkan ke dalam tungku itu. Pemandangan yang sangat mengerikan terpampang di hadapan Abdullah. Tubuh orang itu melepuh, daging dan tulangnya terpisah. Hancur, lebur.

Kaisar menoleh kepada Abdullah. Sekali lagi, Kaisar memintanya murtad. Namun, lagi-lagi itu ditolak Abdullah dengan jawaban lebih tegas.

Kesabaran Kaisar habis. Beberapa prajurit membawa Abdullah ke dekat tungku berisi air mendidih itu. Tiba-tiba, matanya berkaca-kaca. Abdullah menangis, "Akhirnya, hatinya luluh," begitu pikir Kaisar, "Apakah kamu menerima tawaranku?".

"Tidak!" tegas Abdullah.

"Mengapa kamu menangis?" tanya Kaisar lagi.

"Sungguh, aku berangan-angan mempunyai nyawa sebanyak bulu yang tumbuh di jasadku kemudian semuanya dilemparkan ke dalam tungku ini. Aku menangis karena aku hanya punya satu nyawa!" jawab Abdullah yang membuat Kaisar terperangah.

Dan tiba-tiba saja Kaisar berubah pikiran. "Apakah kau mau mencium kepalaku kemudian kau kubebaskan?"

"Apakah sahabat-sahabatku juga bebas?" tanya Abdullah.

"Ya," jawab Kaisar.

"Seorang musuh Allah kucium kepalanya untuk kebebasanku dan kebebasan tawanan muslimin, tidak ada mudharat dalam hal itu," begitulah kesimpulan Abdullah. Abdullah kemudian mencium kepala sang Kaisar, dan para tawanan pun bebas.

Selain Abdullah bin Hudzafah as-Sahmiy ada banyak tokoh yang kita kenal telah mampu menaklukkan hawa nafsunya. Sebutlah orang ketiga yang masuk ke dalam gua dan gua itu tertutup oleh sebongkah batu. Atau yang paling populer: Nabi Yusuf bin Ya'qub. Mereka yang telah mampu menaklukkan hawa nafsu itu akhirnya mendapatkan kemuliaan di dunia sebagai awal dari kabar keberuntungan mereka di akhirat kelak.

Banyak yang ingin meneladani mereka namun tak tahu mesti berbuat apa. Ibnul Jauzi dalam kitabnya, Dzammul Hawa menyatakan bahwa untuk menaklukkan hawa nafsu hanya diperlukan tekad yang kuat. Selanjutnya beliau menyebutkan tujuh perkara yang akan memperkuat tekad yang kita miliki.

Pertama, memikirkan bahwa manusia tidak diciptakan untuk hawa nafsu. Hanya saja ia diciptakan untuk memperhatikan akibat-akibat dan beramal untuk kemudian hari. Hanya binatanglah yang diciptakan oleh Allah untuk bersenang-senang di dunia ini. Makan, minum, dan kawin semau mereka.

Kedua,hendaklah memikirkan akibat yang akan diterima. Betapa hawa nafsu telah menghilangkan banyak keutamaan dan menjatuhkan dalam kehinaan. Betapa makanan telah menjerumuskan kepada penyakit, dan betapa kemaksiatan telah mengakibatkan hilangnya kehormatan, nama buruk, dan menyebabkan dosa.

Ketiga, hendaknya seorang yang berakal membayangkan bahwa keinginannya akan terputus dan membayangkan derita yang akan datang setelah hilangnya kelezatan itu. Dengan begitu ia akan melihat hakikat yang dijalaninya selama ini.

Keempat, hendaklah ia membayangkan jika hal itu (mengikuti hawa nafsu) terjadi pada diri orang lain. Bagaimana keadaan orang itu dalam pandangannya. Dengan begitu ia akan tahu aibnya, jika ia yang berkubang hawa nafsu.

Kelima, hendaknya ia memikirkan hakikat kelezatan yang dicarinya, surga. Akalnya pasti akan mengabarkan kepadanya bahwa yang didapatnya di dunia selama ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kenikmatan di sana.

Keenam, hendaknya merenungkan kemuliaan kemenangan dan kehinaan dijajah atau dikuasai. Tidak ada seorang pun yang mengalahkan hawa nafsunya kecuali ia akan merasakan kuatnya kemuliaan. Dan tidaklah seseorang dikalahkan oleh hawa nafsunya kecuali ia merasakan bahwa dirinya terjajah dan terhinakan.

Ketujuh, hendaknya memilikirkan faedah menyelisih hawa nafsu; seperti nama baik di dunia, sehatnya badan, kehormatan, dan pahala di akhirat. Lalu ia kembali dan memikirkan bahwa hawa nafsunya bisa menghasilkan kebalikan dari perkara-perkara itu.

Wallahul Muwaffiq

Sumber :http://bankartikelku.blogspot.com/2011/05/menaklukkan-hawa-nafsu.html

disalin dari Majalah Elfata No. 60 Th. V Jumadil Ula-Jumadil Akhir 1427 H/Juni 2006(majalah 5 tahun lalu, namun ilmu didalamnya tak pernah usang dan insya Allah akan terus bermanfaat)
Read more ...

_Rahasia dibalik Kata Al-Hayaa’ (Malu) Dalam Bahasa Arab_

0 komentar
Bismillah...

Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh...

Pembaca mulia, kata “malu” dalam bahasa Arab adalah اَلْحَيَاءُ /al-hayaa’/. Kata ini, merupakan derivat dari kata اَلْحَيَاةُ /al-hayaah/, yang artinya adalah “kehidupan”. Selain اَلْحَيَاءُ, contoh derivat lain kata اَلْحَيَاةُ adalah حَيَا /hayaa/, yang artinya “hujan”. Apa kaitan antara hujan dan kehidupan? Kaitannya adalah bahwa hujan merupakan sumber kehidupan bagi bumi, tanaman, dan hewan ternak.

Dalam bahasa Arab, al-hayaah “kehidupan” mencakup kehidupan dunia dan akhirat.

Lalu, kembali ke pokok bahasan utama, apa kaitan al-hayaa’ “malu” dengan al-hayaah “kehidupan”?

Jawabannya adalah karena orang yang tidak memiliki rasa malu, ia seperti mayat di dunia ini, dan ia benar-benar akan celaka di akhirat.

Orang yang tidak memiliki rasa malu, tidak merasa risih ketika bermaksiat.

Ketika ia mempertontonkan lekuk-lekuk tubuhnya dan memamerkan auratnya, ia tidak merasa bahwa itu adalah perbuatan yang menjijikkan….

Ketika ia berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya di tengah keramaian, ia tidak peduli dengan tatapan heran manusia…

Ketika ia melanggar setiap larangan Allah, ia anggap sebagai rutinitas, seolah-olah dia tidak merasa bahwa dirinya hina…

Benar, ia seperti mayat. Ya! apapun yang terjadi di sekitar mayat, tiada kan dapat mendatangkan manfaat baginya…

Maka, benarlah perkataan Ibnul Qayyim

وَمِنْ عُقُوْبَاتِهَا ذِهَابُ الْحَيَاءِ الَّذِي هُوَ مَادَةُ الْحَياَة ِللْقَلْبِ وَهُوَ أَصْلُ كُلِّ خَيْرٍ وَذِهَابُ كُلِّ خَيْرٍ بِأَجْمَعِهِ

Di antara dampak maksiat adalah menghilangkan MALU yang merupakan SUMBER KEHIDUPAN hati dan inti dari segala kebaikan. Hilangnya rasa malu, berarti hilangnya seluruh kebaikan.

(اَلْجَوَابُ الْكَافِي لِمَنْ سَأَلَ عَنِ الدَّوَاءِ الشَّافِي, hal. 45)

Ini sebagaimana sabda Nabi

اَلْحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ

/Al-hayaa’ khairun kulluhu/

“Rasa malu seluruhnya adalah kebaikan” (Shahih Muslim: 87)

Oleh karena itu, seseorang yang bermaksiat dan terus menerus melakukannya, dikatakan sebagai orang yang tidak tahu malu. Nabi bersabda

“Sesungguhnya termasuk yang pertama diketahui manusia dari ucapan kenabian adalah jika kamu tidak malu, berbuatlah sesukamu!”
(Shahih Bukhari: 5769)

Dalam menjelaskan maksud hadits di atas, Ibnul Qayyim berkata,

وَاْلَمَقْصُوْدُ أَنَّ الذُّنُوْبَ تُضْعِفُ الْحَيَاءَ مِنَ الْعَبْدِ حَتَّى رُبَّمَا اِنْسَلَخَ مِنْهُ بِالْكَلِّيَّةِ حَتَّى رُبَّمَا إِنَّهُ لاَ يَتَأَثَّرُ بِعِلْمِ النَّاسِ بِسُوْءِ حَالِهِ وَلاَ بِاطِّلاَعِهِمْ عَلَيْهِ بَلْ كَثِيْرٌ مِنْهُمْ يُخْبِرُ عَنْ حَالِهِ وَقَبْحِ مَا يَفْعَلُهُ وَالْحَامِلُ عَلَى ذَلِكَ اِنْسِلاَخُهُ مِنَ الْحَيَاءِ وَإِذَا وَصَلَ الْعَبْدُ إِلَى هَذِهِ الحَالَةِ لَمْ يَبْقَ فِي صَلاَحِهِ مَطْمَعٌ

Maksudnya, dosa-dosa akan melemahkan rasa malu seorang hamba, bahkan bisa menghilangkannya secara keseluruhan. Akibatnya, pelakunya tidak lagi terpengaruh atau merasa risih saat banyak orang mengetahui kondisi dan perilakunya yang buruk. Lebih parah lagi, banyak di antara mereka yang menceritakan keburukannya. Semua ini disebabkan hilangnya rasa malu. Jika seseorang sudah sampai pada kondisi tersebut, tidak dapat diharapkan lagi kebaikannya.

(اَلْجَوَابُ الْكَافِي لِمَنْ سَأَلَ عَنِ الدَّوَاءِ الشَّافِي, hal. 45)

Akhirnya, saya akhiri risalah ini dengan mengutip lagi perkataan Ibnul Qayyim

وَمَنِ اسْتَحْيَ مِنَ اللهِ عِنْدَ مَعْصِيَّتِهِ اِسْتَحَى اللهُ مِنْ عُقُوْبَتِهِ يَوْمَ يَلْقَاهُ وَمَنْ لَمْ يَسْتَحِ مِنَ اللهِ تَعَالَى مِنْ مَعْصِيَّتِهِ لَمْ يَسْتَحِ اللهُ مِنْ عُقُوْبَتِهِ

Barangsiapa malu terhadap Allah saat mendurhakaiNya, niscaya Allah akan malu menghukumnya pada hari pertemuan dengan-Nya. Demikian pula, barangsiapa tidak malu mendurhakaiNya, niscaya Dia tidak malu untuk menghukumnya.


Sumber : http://bankartikelku.blogspot.com/2011/06/rahasia-dibalik-kata-al-hayaa-malu.html
Read more ...

Selasa, 07 Juni 2011

_Wanita pendamba Syurga_

0 komentar
Bismillah...

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh...


Wanita pendamba syurga..

Pesona akhlakmu bagai mutiara yang berkilauan.

Halus tuturmu menggambarkan pribadi yang santun .

Kecantikan hatimu laksana kapas tanpa noda.

Kesejukan aura jiwamu seperti bidadari syurga.

Kau hiasi dirimu dengan bingkaian akhlak islami.

Semakin berwibawa karena auratmu terhijabi.

Saat wanita lain bergelimang kesenangan semu .

Menari-nari di atas lantai dansa Menenggak arak dalam gelas-gelas kristal.

Engkau justru mengurung diri Mentafakuri kehidupan akhirat yang masih ghaib .

Mengembara dalam pencarian jati diri.



Di saat wanita lain asyik memilih busana trendi.

Sibuk memoles tubuh dan wajah.

Berlomba memamerkan aurat mereka.

Engkau justru tampil bersahaja.

Dalam balutan gamis dan kerudung panjang.

Engkau sembunyikan auratmu.

Agar tak terjamah pesona kecantikan itu.

Dari mata-mata lelaki jalang.



Di saat wanita-wanita lain tertawa lepas.

Menikmati euphoria tanpa batas.

Menebar cinta basi pada lelaki .

Engkau justru menangis dalam sujud .

Mendaki taubat dalam bukit tahajud.

Mengemis ampunan pada Penggenggam nyawa..

Menutup lisan dari bicara sia-sia.



Di saat wanita-wanita lain mengidolakan Miyabi, Britney Spears, Celine Dion, Maddona.

Engkau mengidolakan Khadijah, Maryam, Asiyah, Fatimah.

Di saat wanita lain bangga aibnya terbuka.

Puas jika namanya di puja-puja.

Engkau justru mengasingkan diri dari gemerlap dunia.

Merahasiakan kebaikan yang kau lakukan pada sesama.

Karena takut jatuh pada perbuatan riya’.



Di saat wanita-wanita lain menghabiskan waktu di plaza.

Menghamburkan materi dengan sia-sia.

Engkau justru menghabiskan waktumu di mushola .

Menguatkan zikir dan memuja asma-Nya.

Merenda istigfar di atas sajadah cinta.

Di saat wanita-wanita lain hanyut dalam pesona zaman.

Bercengkerama liar dengan segala kemewahan.

Sibuk memuja artis-artis idaman.

Engkau justru sibuk mengkaji ilmu.

Mendakwahkan agama Islam tanpa ragu.

Berjibaku dengan segala kesulitan.

Meneriakkan kalimat jihad militan.



Di saat wanita-wanita lain sibuk menenteng majalah erotis.

Menggumbar gosip sesama secara sadis.

Engkau justru teguh pada Al-Qur’an dan hadis.

Yang kau jadikan pegangan hidup.

Agar iman di dadamu tidak redup.

Wanita pendamba syurga… Agungnya akhlakmu berselimut mutiara.

Pada rahimmu kelak generasi-generasi agama.

Akan Allah amanahkan.

Engkau calon madrasah pertama .

Saat mujahid-mujahid terlahir di dunia



Semoga kelak pribadi-pribadi seperti ini melekat pada diri kita..aamiin,

‘jazakillah ukhty yang telah menginspirasi melalui tulisan ini…


(Tulisan ini bukan hasil karya saya. saya hanya mengutipnya beberapa bulan yang lalu. saya lupa dimana saya mengutipnya. insya Allahu ta'ala penulisnya tidak berkeberatan atas postingan tulisan ini)
Read more ...

_Ya Allah, Sungguh Aku telah Banyak Menzhalimi Diri_

0 komentar
Bismillah...

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh...

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada penutup para rasul, kepada para keluarga dan sahabat beliau.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash radhiallahu ‘anhuma, dia mengatakan,
أن أبا بكر الصديق رضي الله عنه قال للنبي صلى الله عليه وسلم: يا رسول الله علمني دعاء أدعو به في صلاتي قال: «قل اللهم إني ظلمت نفسي ظلما كثيرا ولا يغفر الذنوب إلا أنت فاغفر لي من عندك مغفرة إنك أنت الغفور الرحيم
“Abu Bakr radhiallahu ‘anhu pernah berkata kepada nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai rasulullah, ajarilah aku sebuah do’a yang bisa kupanjatkan dalam shalatku.” Nabi menjawab, “Katakanlah, Allahumma inni zhalamtu nafsi zhulman katsira wa laa yaghfirudz dzunuba illa anta faghfirli min ‘indika maghfiratan innaka antal ghafurur rahim (Ya Allah, sesungguhnya aku telah banyak menzhalimi diri sendiri dan tidak ada yang mampu mengampuni dosa melainkan Engkau, maka berilah ampunan kepadaku dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau maha pengampun dan maha penyayang.”[1]

Saudaraku, sidang pembaca yang dimuliakan Allah. Cobalah Anda memerhatikan dan merenungkan hadits yang agung ini. Bagaimana Ash Shiddiqul Akbar, Abu Bakr radhiallahu ‘anhu meminta kepada nabi agar mengajarkan sebuah do’a untuk dipanjatkan dalam shalatnya, dan nabi pun memerintahkan beliau untuk mengucapkan do’a di atas. Padahal kita semua tahu kedudukan Abu Bakr. Menurut anda, bagaimana dengan diri kita, yang senantiasa melampaui batas terhadap dirinya sendiri, apa yang layak kita ucapkan?!
Mengenai keutamaan Abu Bakr disebutkan dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengatakan, rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada sahabatnya,
«من أصبح منكم اليوم صائما؟ قال أبو بكر: أنا، قال: فمن تبع منكم اليوم جنازة؟ قال أبو بكر: أنا، قال: فمن أطعم منكم اليوم مسكينا؟ قال أبو بكر: أنا، قال فمن عاد منكم اليوم مريضا؟ قال أبو بكر: أنا، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: ((ما اجتمعن في امرئ إلا دخل الجنة))
Siapakah diantara kalian yang memasuki waktu pagi dalam keadaan berpuasa di hari ini? Abu Bakr menjawab, “Saya.” Rasulullah balik bertanya, “Siapakah diantara kalian yang mengiringi jenazah pada hari ini?” “Saya”, jawab Abu Bakr. “Rasulullah bertanya, “Siapakah diantara kalian yang member makan kepada orang miskin pada hari ini?” Abu Bakr kembali menjawab, “Saya.” Rasulullah kembali bertanya, “Siapakah diantara kalian yang membesuk orang sakit pada hari ini?” Abu Bakr menjawab, “Saya.” Maka nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Tidaklah seluruh perkara tersebut terkumpul pada diri seserang melainkan dia akan masuk surga.”[2]

Benar, dialah Abu Bakr, wahai saudaraku, pribadi terbaik umat ini setelah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sesuai kesepakatan ahli sunnah, tanpa ada khilaf. Barangsiapa yang mengingkari status sahabat beliau, sungguh dia telah mendustakan firman Allah ta’ala,
ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” (At Taubah: 40).
Dan barangsiapa yang mendustakan Allah, sungguh dia telah terjerumus ke dalam kekafiran!
Abu Bakr radhiallahu ‘anhu adalah sahabat nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan sahabat yang paling utama dan telah dipastikan akan masuk surga, meski demikian nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menuntun beliau untuk senantiasa mengucapkan,”Wahai Allah sesungguhnya aku telah banyak menzhalimi diri.”

Saudaraku, bukankah diri kitalah yang lebih pantas mengucapkan do’a di atas? Bukankah kita senantiasa berbuat dosa sepanjang siang dan malam? Apabila memasuki waktu pagi, kita tidak sadar akan dosa dan kesalahan yang telah diperbuat kecuali hanya sedikit saja, kita sangat jarang mengetahui betapa minimnya usaha kita dalam menjalankan berbagai kewajiban? Bukankah kita senantiasa merasa bahwa tidak ada seorang pun yang lebih baik dari diri kita, bukankah kita senantiasa memandang kitalah yang paling baik dalam beragama? Demi Allah, wahai saudaraku, sesungguhnya seluruh hal tersebut adalah penyakit yang akut.
فإن كنت تدري فتلك مصيبة * وإن كنت لا تدري فالمصيبة أعظم
Apabila engkau tahu, maka itulah musibah
Dan jika ternyata engkau tidak tahu, maka musibahnya lebih besar

Oleh karena itu, saya mengajak diri saya dan Anda sekalian untuk rehat dan mengoreksi diri di setiap saat. Mari kita memperbanyak istighfar dan taubat serta senantiasa kembali kepada-Nya.
Ketahuilah saudaraku, semoga Allah memberikan taufik-Nya kepadaku dan dirimu, mengakui dosa merupakan jalan menuju taubat dan sebab turunnya maghfirah. Anda tentu tahu hadits Sayyidul Istighfar yang masyhur, bukankah di  dalam hadits tersebut tercantum lafadz do’a berikut,
وأبوء بذنبي فاغفر لي فإنه لا يغفر الذنوب إلا أنت
Saya mengakui dosaku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang kuasa mengampuni melainkan Engkau semata.[3] 

Perhatikan, wahai Saudaraku, mengakui dosa merupakan awal perjalanan taubat.
Oleh karenanya, marilah kita menyesali segala dosa dan tindakan melampaui batas yang telah diperbuat, begitu pula berbagai kewajiban yang telah dikerjakan dengan penuh kekurangan. Dengan demikian, wahai saudaraku, seorang yang berakal, jika melihat orang yang lebih tua akan berujar di dalam hati, “Beliau telah terlebih dahulu beribadah kepada Allah daripada diriku”; jika melihat orang yang lebih muda, dia berujar, “Saya telah mendahuluinya dalam hal dosa”; jika melihat da’i-da’i pemberi petunjuk, dia mencintai dan berusaha meneladani mereka; dan apabila melihat mereka yang tersesat dan tenggelam dalam kubangan kemaksiatan, dirinya memuji Allah ta’ala dan tidak mencela mereka. Bahkan dia memanjatkan pujian kepada-Nya karena telah melindungi dari kesesatan yang menimpa mereka, dia memuji Allah karena telah mengutamakan dirinya dengan petunjuk-Nya dari sekian banyak makhluk-Nya.
Seandainya Allah ingin, tentulah dia akan semisal dengan mereka. Dengan demikian, dia tidak akan merasa tinggi hati, bahkan kepada pelaku maksiat dan mereka yang tersesat. Dia justru merasa kasihan dan merasa sayang serta berusaha untuk memperbaiki mereka, di samping dia berkewajiban untuk membenci tindakan mereka yang telah menyelisihi perintah Allah dan rasul-Nya. Perkara inilah yang patut diteliti dan diperhatikan.
Akhir kata, saya memohon kepada Allah agar memberi ampunan dari sisi-Nya dan mencurahkan rahmat-Nya kepada kita dan segenap kaum muslimin. Walhamdu lillahi rabbil ‘alamin.
Diterjemahkan dari artikel Dr. Salim ath Thawil yang berjudul “Allahumma inni zhalamtu nafsi zhulman katsira“.

Penerjemah: Muhammad Nur Ichwan Muslim
Artikel www.muslim.or.id, dipublish ulang oleh www.remajaislam.com
[1] HR. Bukhari : 6839.
[2] HR. Muslim: 6333.
[3] HR. Bukhari: 6306.

sumber : http://remajaislam.com/islam-dasar/menata-hati/91-ya-allah-sungguh-aku-telah-banyak-menzhalimi-diri.html
Read more ...

Rabu, 01 Juni 2011

_Dalil-Dalil Syar’i Tentang Gambar Makhluk Hidup_

0 komentar
Bismillah...

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Keterangan Syaikh Abdul Aziz Bin Baz
Sesungguhnya banyak sekali hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam dalam kitab-kitab yang shahih, baik itu Sunan ataupun musnad-musnad, mengenai haramnya membuat gambar (lukisan, foto dan ukiran) sesuatu yang bernyawa, entah itu (gambar) manusia atau bukan.

Didalam hadits-hatdis itu ada riwayat yang menceritakan bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wasalam merobek tirai-tirai yang bergambar dan memerintahkan menghapus gambar-gambar. Disamping itu beliau melaknat tukang gambar dan menerangkan bahwa mereka termasuk orang-orang yang paling keras mendapat siksa di hari kiamat.

Disini saya (Syaikh Bin Baz) akan menyampaikan secara global hadits-hadits shohih mengenai permasalahan ini beserta keterangan ulamanya. Dan akan saya jelaskan mana yang benar, Insya ALLAH Ta’ala.

Dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda : ALLAH Ta’ala berfirman : Dan siapakah yang lebih dzalim dari mereka yang akan membuat satu ciptaan seperti ciptaan-Ku, maka hendaknya mereka menciptakan satu dzarrah, atau biji, atau gandum.” (Dalam Shahihain, lafadz Riwayat Muslim).

Dari Ibnu Mas’ud Radiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda : “Sesungguhnya manusia yang paling keras disiksa di hari Kiamat adalah para tukang gambar (mereka yang meniru ciptaan Allah)”. (Shahihain – yakni dalam dua kitab Shahih Bukhari dan Muslim atau biasa disebut muttafaqun ‘alaihi, red)

Dari Ibnu Umar Radiyallahu ‘anhu berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda : “Sesungguhnya orang yang membuat gambar-gambar ini akan disiksa hari kiamat, dan dikatakan kepada mereka, ‘Hidupkanlah apa yang telah kalian buat!’”. (Dalam Shahihain, lafadz Bukhari).

Dari Abu Juhaifah Radiyallahu ‘anhu : “Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam telah melarang dari (memakan) hasil (jual beli) darah, anjing, usaha pelacuran, dan (beliau) telah melaknat pemakan riba, yang menyerahkannya, pembuat tato (gambar tubuh), yang meminta ditato serta tukang gambar.” (HR Bukhari).

Dari Ibnu Abbas Radiyallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda : “Siapa yang membuat satu gambar di dunia, dia dibebani (disuruh) untuk meniupkan ruh pada gambar itu dan ia bukan peniupnya (tidak akan mampu meniup ruh untuk menghidupkan gambar tsb, red)”. (Muttafaqun ‘alaihi).

Dari Ibnu Abbas Radiyallahu ‘anhu : “Semua tukang gambar di Neraka dan dijarikan baginya setiap yang digambarnya satu jiwa (ruh) yang menyiksanya di Jahannam. Ibnu Abbas berkata : “Jika kamu mesti mengerjakannya, maka buatlah (gambar) pohon-pohon dan apa-apa yang tidak bernyawa (roh).” (HR Muslim).

Dari Aisyah Radiyallahu ‘anha, ia berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam masuk menuju saya dan saya menutup bilik dengan tirai tipis bergambar (dalam riwayat lain : menggantungkan tirai tipis bergambar kuda bersayap…), maka ketika beliau melihatnya dia merobeknya dan dengan wajah merah padam, beliau bersabda : “Hai Aisyah, manusia yang paling keras disiksa di Hari Kiamat adalah mereka yang meniru ciptaan ALLAH.” Kata Aisyah : “Maka kami memotong-motongnya lalu menjadikannya satu atau dua bantal.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Dari Al Qasim bin Muhammad dari Aisyah, ia berkata : “Saya membeli sebuah bantal bergambar. Maka ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam melihatnya, beliau berdiri di pintu dan tidak masuk. Saya mengenal tanda kemarahan pada wajah beliau. Saya berkata “ Ya Rasulullah, saya taubat kepada ALLAH dan RasulNya, apa dosa saya ?” Beliau bersabda : “Ada apa dengan bantal ini ?” Saya berkata : “Saya membelinya agar Anda duduk di atasnya dan menyandarinya.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda : “Sesungguhnya pemilik (pembuat) gambar-gambar ini akan disiksa di hari Kiamat, dan dikatakan kepada mereka, ‘Hidupkan apa yang telah kalian buat!’ Dan sabdanya lagi : Sesungguhnya rumah yang didalamnya ada gambar-gambar tidak akan dimasuki oleh malaikat.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Dari Ibnu Abbas Radiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda : “(Sesungguhnya kami para) Malikat tidak masuk rumah yang didalamnya ada anjing dan gambar” (HR Bukhari & Muslim, dengan lafadz Muslim). Dalam riwayat Ibnu Umar “(Sesungguhnya kami para) Malaikat tidak masuk rumah yang didalamnya ada anjing dan gambar.”.

Dari Zaid bin Khalid dari Abi Talhah secara marfu’ : “Malaikat tidak akan masuk rumah yang didalamnya ada anjing dan patung (gambar).” (HR Muslim).

Dari Abi al Hayyaj Al Asadi, ia berkata : Ali mengatakan pada saya : Maukah kamu saya utus kepada apa yang saya pernah diutus oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam : yaitu “Jangan kau tinggalkan satu gambarpun, melainkan kamu hapuskan dia dan tidak ada satu kuburpun yang menonjol (dikejeng, red) melainkan kau ratakan dia.” (HR Muslim).

Dari Jabir Radiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam menyuruh Umar bin Khattab (waktu Fathu Mekkah) sedang beliau ketika itu di Bath-ha’ agar mendatangi Ka’bah dan menghapus semua gambar didalamnya dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam tidak masuk sampai semua gambar telah dihapus. (HR Ahmad, Abu Dawud, Al Baihaqi, Ibnu Hibban dan beliau mensahihkannya).

Dari Aisyah Radiyallahu ‘anha : “Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam tidak pernah membiarkan dalam rumahnya sesuatu yang ada padanya SALIB-SALIB melainkan beliau mematahkannya. “ (HR Bukhari). Dan Al Kasymihani dengan lafadz “gambar-gambar”, dan Bukhari menerangkannya dengan bab Naqdhi Shuwar dan menguraikan hadits tersebut

Imam Nasa’I meriwayatkan dengan lafadz : “Jibril minta izin kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam, beliau berkata : Masuklah. Kata Jibril : Bagaimana saya akan masuk sedangkan dalam rumah Anda ada tirai brgambar ? Maka jika Anda potong kepala-kepalanya, atau Anda jadikan hamparan yang dipijak (dihinakan setelah dipotong, red – barulah Jibril akan masuk). Karena sesungguhnya kami – para malaikat – tidak akan masuk ke rumah yang didalamnya ada gambar-gambar.” (HR Abdur Razaq, Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan beliau mengatakan Hasan Shahih dan Ibnu Hibban mensahihkannya).

Dan masih banyak lagi hadits-hadits tentang masalah ini. Hadits-hadits ini adalah dalil yang nyata tentang haramnya membuat gambar sesuatu yang bernyawa dan termasuk dosa besar yang diancam dengan neraka bagi penggambarnya. Hadits ini menunjukkan keumuman segala jenis gambar, baik itu didinding, tirai, kemeja, kaca, kertas dan sebagainya, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam tidak membedakannya, baik yang tiga dimensi atau selainnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam melaknat pembuatnya dan mengabarkan paling keras disiksa di hari kiamat dan semuanya di Neraka.

Imam Al Hadifz Ibnu Hajar Al Atsqalani mengatakan : “Kata al Khaththabi : dan gambar yang menghalangi masuknya malaikat ke dalam rumah adalah gambar yang padanya terpenuhi hal-hal yang haram, yakni gambar-gambar yang makhluk yang bernyawa, yang tidak terpotong kepalanya atau tidak dihinakan. Dan bahwasanya dosa tukang gambar itu besar karena gambar-gambar itu ada yang diibadahi selain ALLAH, selain gambar itu mudah menimbulkan fitnah (bahaya) bagi yang memandangnya (gambar wanita, tokoh, ulama, red).”

Imam An Nawawi mengatakan dalam Syarah Muslim : “Sahabat kami dan para Ulama selain mereka mengatakan bahwa haramnya membuat gambar hewan adalah sekeras-keras pengharamaan. Ini termasuk dosa besar karena ancamannya juga amat besar, sama saja apakah dibuat untuk dihinakan atau tidak. Bahkan membuatnya jelas sekali haram karena meniru ciptaan ALLAH. Sama saja apakah itu dilukis pada pakaian, permadani, mata uang, bejana, dinding atau lainnya. Adapun menggambar pepohonan dan sesuatu yang tidak bernyawa, tidak apa-apa. Inilah hakikat hukum menggambar. Sedangkan gambar makhluq bernyawa, jika digantung / ditempel di dinding, di sorban dan tindakan yang tidak termasuk menghinakannya, maka jelas hal itu terlarang. Sebaliknya bila dibentangkan dan dipijak sebagai alas kaki atau sebagai sandaran (setelah dipotong kepalanya, red) maka tidaklah haram dan tidak ada bedanya apakah gambar tsb berjasad (punya bayangan/3 dimensi) atau tidak. Ini adalah kesimpulan mahdzab kami dalam masalah ini yang semakna dengan perkataan jumhur Ulama dari kalangan Sahabat, Tabi’in, dan orang yang sesudah mereka (Tabi’ut Tabi’in). Ini juga pendapat Imam Ats Tsauri, Malik Bin Anas dan Abu Hanifah serta ulama lainnya.

Dalam hadits-hadits itu tampak jelas tidak ada perbedaan apakah yang diharamkan itu gambar tiga dimensi atau bukan, dilukis di atas kertas atau di tirai dan sebagainya. Bahkan tidak ada perbedaan apakah itu gambar tokoh, ulama atau pembesar.

Dari Aisyah Radiyallahu ‘anha ia berkata : “Saya biasa bermain boneka di sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam dan saya punya beberapa orang teman yang bermain bersama saya. Maka jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam masuk, mereka menutupinya dari beliau lalu berjalan sembunyi-sembunyi dan bermain bersama saya.” (HR Bukhari Kitab Al Adab Bab Al Inbisaath ilaa an Naas, Fath 10/526 dan Muslim kitab Fadhail Ash Shahabah Bab fii Fadhail Aisyah, An Nawawi 15/203 dan 204).

Al Hafidz Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari tentang hadits ini “ Hadits ini dijadikan dalil bolehnya boneka dan mainan untuk bermain (mendidik) anak perempuan, dan sebagai pengkhususan dari keumuman larangan mengambil gambar. Iyadl juga menetapkan yang demikian dan ia menukil dari jumhur, bahwasanya mereka membolehkan boneka atau mainan ini untuk melatih dan mendidik anak-anak perempuan agar mengenal bagaimana mengatur rumah-tangga dan merawat anak-anak nantinya. Dan sebagian ulama menyatakan ini mansukh (telah dibatalkan). Ibnu Bathal cenderung pada pendapat ini dan ia menceritakan dari Abi Zaid dari Malik. Tetapi dari sini pula Ad-Daudy merajihkan bahwa hadits Aisyah (diatas) mansukh. Sedang Ibnu Hibban dan Nasa’I membolehkan namun tidak membatasi untuk anak-anak kecil walaupun padanya ada perbincangan.

Al Baihaqi mengatakan setelah mentakhrij hadits-hadits tersebut : Telah tsabit (tetap) larangan tentang mengambil gambar. Maka kemungkinan rukhsah bagi Aisyah terjadi sebelum pengharaman. Ibnul jauzi menetapkan yg demikian juga, sehingga beliau berkata : “Dan Abu Dawud dan An Nasa’I dari sisi lain dari Aisyah (ia berkata) : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam datang dari perang Tabuk (Khaibar) {lalu menyebut hadits beliau merobek tirai yang terpancang di pintunya{ Kemudia Aisyah melanjutkan, lalu beliau menyingkap sisi tirai di atas mainan Aisyah dan Beliau bersabda : “Apa ini hai Aisyah ?”. Saya menjawab :”Boneka perempuan saya”. Beliau melihat kuda-kudaan bersayap yang dalam keadaan terikat, lalu bersabda : “Apakah ini ?” Saya katakan : “Kuda bersayap dua. Tidakkah Anda mendengar bahwa Sulaiman ‘alaihis salam mempunyai kuda yang bersayap ? Beliaupun tertawa.”.

Al Khathabi berkata : Dalam hadits ini menunjukkan mainan untuk anak-anak perempuan tidaklah seperti semua gambar yang datang ancaman, hanya saja beliau memberikan keringanan bagi Aisyah karena pada waktu itu Aisyah belum dewasa.”

Al Hafidz berkata : Penetapan dengan dalil ini ada perbincangan, akan tetapi kemungkinannya adalah karena Aisyah waktu peristiwa perang Khaibar berusia 14 tahun dan waktu peristiwa perang Tabuk sudah baligh. Dengan demikian, ini menguatkan riwayat yang mengatakan hal itu terjadi pada peristiwa Khaibar dan mengumpulkannya dengan pendapat Al Khathabi.

(Syaikh Bin Baz) Oleh karena itu, jika hal ini telah dipahami, maka meninggalkan gambar-gambar (boneka) itu adalah lebih selamat karena padanya ada perkara yang meragukan. Mungkin penetapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam bagi Asiyah itu sebelum munculnya perintah beliau untuk menghapus gambar-gambar. Dengan begitu hadits Aisyah ini menjadi mansukh dengan datangnya larangan dan perintah penghapusan gambar itu, kecuali yang terpotong kepalanya atau dihinakan, sebagaimana madzab Al baihaqi, Ibnul Jauzi dan Ibnu Bathal. Dan mungkin juga ini dikhususkan dari pelarangan itu (sebagaimana pendapat jumhur) untuk kemaslahatan pendidikan. Ini karena permainan itu merupakan bentuk penghinaan atas gambar (boneka). Jadi kemungkinan ini maka lebih aman untuk meninggalkannya, sebagaimana pengamalan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam dari Al Hasan bin Ali bin Abu Thalib Radiyallahu ‘anhu :” Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada yang tidak meragukanmu.” (HR Ahmad 1/200, Disahihkan oleh Ahmad Syakir dalam tahqiqnya terhadap Musnadz 3/169, Ath Thayalisi hal 163 no 1178 dan AL Albani mensahihkan dalam jamius Shaghir 3372 dan 3373, pent).

Demikian juga dalam hadits berikut ini dari Nu’man bin Basyir Radiyallahu ‘anhu secara marfu’ “ Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Dan diantara keduanya ada perkara-perkara sybhat yang kebanyakan manusia tidak mengetahuinya, maka siapa yang menjaga diri dari syubhat, maka dia telah membersihkan Dien dan kehormatannya. Dan siapa yang jatuh kepada yang haram, seperti penggembala sedang menggembalakan ternaknya di sekitar tempat yang di pagar (terlarang), hampir-hampir ia terjatuh padanya.” (HR Bukhari dan Muslim)

(Dinukil dari Majalah Salafy, Edisi V/Dzulhijjah/1416/1996 Judul asli Fatwa Ulama tentang Hukum Gambar, oleh Syaikh Abdullah Bin Abdul Aziz bin Baz, mufti Saudi Arabia. Diterjemahkan oleh Ustadz Idral Harits.

Sumber:
http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=325
Read more ...