. Ahlan wa Sahlan: Agustus 2011

Minggu, 28 Agustus 2011

_Dosa Kecil Menjadi Besar_

0 komentar



Bismillah ...

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ...

Setan akan mengajak manusia dari perkara yang paling besar yaitu mempersekutukan Allah. Kalau tidak bisa dengan perkara yang lebih kecil lagi seperti dosa-dosa besar, dan begitu seterusnya sehingga hal sekecil apapun tidak pernah dilewatkan oleh setan. Oleh karena itu Allah  memerintahkan kita agar menjadikan setan sebagai musuh, sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُوا حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (QS. 35:6)

Kita mungkin bisa menghindari dari dosa besar seperti zina, mencuri, dan dosa-dosa besar lainnya, tapi tidak bisa menghindari dosa kecil hanya karena alasan dosanya kecil. Padahal kalau kita melihat dalil-dalil syar’i, beberapa dosa tersebut dapat menjadi besar. Dan memang inilah cara-cara setan dalam memperdaya umat ini. Oleh karena itu begitu lihainya syetan menggunakan kesempatan. Allah memerintahkan kepada kita agar menjauhkan diri dari segala yang dilarang, yang besar maupun yang kecil. Allah berfirman yang artinya:

Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah;. (QS. 59:7)

Bagaiman dosa-dosa kecil menjadi besar?...

1. Dilakukan terus-menerus
Misalnya seorang laki-laki memandang wanita dan ini adalah zina mata, namun zina mata lebih kecil dari zina kemaluan. Tapi dengan melakukannya terus-menerus maka dia akan menjadi besar . Sebab tidak ada dosa kecil kalau dilakukan terus-menerus, sebagaimana dikatakan seorang salaf:’ Tidak ada yang namanya dosa kecil kalau dilakukan terus-menerus dan tidak ada dosa besar apabila diiringi dengan taubat”.

2. Karena diremehkan
Sesungguhnya perbuatan dosa itu apabila dianggap berat oleh seorang hamba akan menjadi kecil di sisi Allah. Karena anggapan sebuah dosa sebagai dosa yang besar berpangkal dari hati yang benci kepadanya dan berupaya menghindarinya.

3. Apabila seorang hamba merasa senang melakukannya.
Perasaan bangga gembira dan senang terhadap dosa, menjadikan dosa tersebut menjadi besar. Ketika rasa senang kepada dosa kecil sudah mendominasi diri seseorang, maka menjadi besarlah dosa kecil tersebut, dan besar pula pengaruhnya untuk menghitamkan hatinya. Sampai-sampai ada yang merasa bangga karena bisa melakukan sebuah dosa, padahal kegembiran pada sebuah dosa lebih besar dari dosa itu sendiri. Allah berfirman:

إَنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَن تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ ءَامَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَاْلأَخِرَةِ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَتَعْلَمُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat.Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. 24:19)

Misalnya seperi orang yang berkata: Tidakkah kamu tahu bagaiman aku membuntuti fulan dan berhasil melihatnya” atau ucapan-ucapan dan perbuatan lainnya yang menunjukkan sikap bangga dan senang atas perbuatan dosa. Maka semua itu menjadikan dosa yang semula kecil menjadi besar.

4. Apabila menyepelekan tabir Allah yang menutupi kesalahannya, kasih sayang-Nya dan keramahan-Nya
Sikap santainya dalam melakukan dosa, tidak adanya rasa takut kepada Allah dan pengawasan-Nya. Perasaan aman dari siksa Allah adalah gamnbaran dari menyepelekan tabir Allah. Dia tidak sadar bahwa perbuatannya itu mendatangkan murka Allah. Ibnu Abbas t berkata: Wahai orang yang berdosa, jangan merasa aman dari akibat buruknya. Tatkala suatu dosa diikuti oleh sesuatu yang lebih besar dari dosa, jika kamu melakukan dosa, tanpa merasa malu terhadap pengawas yang ada di kanan kirimu, maka kamu berdosa, dan menyepelekan dosa itu lebih besar dari dosa itu sendiri, kegembiraanmu dengan dosa ketika kamu sudah melakukannya, itu lebih besar dari dosa itu sendiri, kesedihanmu atas suatu dosa ketika ia lepas darimu (tidak dapat melaksanakannya, maka itu lebih besar dari dosa itu sendiri. Kekhawatiranmu terhadap angin ketika ia menggerakkan daun pintumu pada saat kamu sedang melakukan dosa serta hatimu tidak pernah risau dengan pengawasan Allah kepadamu, maka itu lebih besar dari dosa itu sendiri”.

Mujaharah
Yakni apabila seseorang melakukan dosa dengan terang-terangan di depan umum atau dengan menceritakannya kepada orang lain padahal jika ia tidak menceritakannya orang lain tidak ada yang tahu, kecuali dia dengan Rabbnya. Dengan sikap ini berarti ia telah mengundang hasrat orang lain untuk melakukan dosa tersebut dan secara tidak langsung ia telah mengajak orang lain untuk ikut melakukannya. Dalam hal ini ia telah melakukan dua hal sekaligus yaitu dosa itu sendiri ditambah mujaharahnya, sehingga dosanya pun menjadi besar. Rasulullah e bersabda:

كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِيْنَ وَإِنَّ مِنَ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ثُمَّ يُصْبِحُ وَقَدْ سَتَرَهُ اللهُ فَيَقُوْلُ يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللهِ عَنْهُ

“Setiap umatku dapat diampuni dosa-dosanya kecuali orang yang mengekspos dosa-nya. Contoh dari mengekspos dosa adalah seorang yang melakukan dosa dimalam hari, kemudian pada pagi harinya, padahal Allah telah menutupi dosanya, ia mengatakan:Wahai fulan, tadi malam saya telah melakukan demikian dan demikian. Di malam hari Allah telah menutupi perbuatan dosanya, namun di pagi harinya justru ia sendiri yang menyiarkannya”. (HR: Bukhari 5721, Baihaqi 17373, Dailami 4795)

6. Jika dilakukan oleh orang yang menjadi panutan

Seorang yang diangap panutan, baik ia seorang ulama atau seorang direktur perusahaan, kepala sekolah atau siapa saja yang mempunyai pengaruh, sehingga apabila ia melakukan suatu dosa orang-orang akan mengikutinya, maka dosa yang dilakukannya itu menjadi besar. Sebab dosa-dosa orang yang mengikutinya akan menjadi tanggungannya. Rasulullah e bersabda:

وَمَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يُنْقَصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ

‘Barangsiapa yang membuat dalam Islam tradisi yang buruk, maka dibebankan kepadanya dosa yang buruk itu dan dosa orang yang mengerjakannya sesudahnya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun. (HR: Muslim 1017, Ahmad 19179-19197)

Rasulullah e ketika menulis surat kepada Najasyi ( Asyhamah bin Al-Aabjar) Raja Habasyah (Ethiopia), Juraij bin Mata yang bergelas Muqauqis raja Mesir, Kisra raja Persia, Heraqlius raja Romawi dalam rangka mengajak mereka ke dalam Islam. Di antara isi surat tersebut disebutkan bahwa jika mereka menolak, maka mereka akan menanggung dosa semua kaumnya. Hal ini tiada lain karena mereka adalah panutan bagi kaum mereka. Jika mereka masuk Islam maka dengan sendirinya mereka juga akan masuk Islam, walaupun tidak semuanya.

Ini adalah sebagian yang menyebabkan dosa kecil menjadi besar, kalau ada di antara kita yang pernah salah karena pernah melakukan hal yang tersebut, hendaklah kita bertaubat kepada Allah, janganlah kita menunda-nunda karena tidak ada yang bisa menjamin kalau kita masih akan hidup sampai esok hari, sebab berapa banyak tanaman yang rusak sebelum keluar tunasnya. Semoga Allah memberikan kepada kita taufik-Nya.

Maraji’:
1. Saatnya bertaubat, Muhammad bin Husain Yakqub, Darul haq.
2.Bahaya Dosa dan perngaruhnya, Muhammad bin Ahmad Rasyid Ahman, At-Tibyan.
3. Minhajul Qashidin, Ibnu Quddamah, Al-Kautsar.
4. Raudhatul Anwar FiSirati An-Nabi Al-Mukhtar.

http://bersamadakwahislam.blogspot.com/2011/05/dosa-kecil-menjadi-besar.html#comment-form
Read more ...

Senin, 15 Agustus 2011

_Jarak Hati_

2 komentar
Bismillah...

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh...


Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya;


“Mengapa ketika seseorang sedang dalam keadaan marah, ia akan berbicara dengan suara kuat atau berteriak?”


Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab;

“Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran, karena itu ia lalu berteriak.”


“Tapi…
” sang guru balik bertanya, ...
“lawan bicaranya justru berada di sampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?”


Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar menurut pertimbangan mereka. Namun tak satupun jawaban yang memuaskan.


Sang guru lalu berkata; “Ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara ke dua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik mereka begitu dekat.


Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak. Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara ke duanyapun menjadi lebih jauh lagi. Karena itu mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi.”



 Sang guru masih melanjutkan; “Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta? Mereka tak hanya tidak berteriak, namun ketika mereka berbicara suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil. Sehalus apapun, keduanya bisa mendengarkannya dengan begitu jelas.

Mengapa demikian?” Sang guru bertanya sambil memperhatikan para muridnya.


Mereka nampak berpikir amat dalam namun tak satupun berani memberikan jawaban.

“Karena hati mereka begitu dekat, hati mereka tak berjarak. Pada akhirnya sepatah katapun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan.”


Sang guru masih melanjutkan; “Ketika anda sedang dilanda kemarahan, janganlah hatimu menciptakan jarak. Lebih lagi hendaknya kamu tidak mengucapkan kata yang mendatangkan jarak di antara kamu. Mungkin di saat seperti itu, tak mengucapkan kata-kata mungkin merupakan cara yang bijaksana. Karena waktu akan membantu anda.



Sumber : pesona cahaya hati (by.Anita Rini)

Read more ...

_Muhasabah diri_

0 komentar
Bismillah..

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh..

 Dalam kesempatan ini aku hanya ingin melakukan muhasabah dari usia yang telah Allah berikan kepadaku. Secara lahir memang usiaku bertambah, padahal sebenarnya jatah dan kesempatanku untuk hidup dan mendekatkan diri kepada sang Khalik semakin berkurang, sementara dosa dan kesalahan yang aku lakukan dari hari ke hari juga semakin banyak. Maka tak ada yang bisa aku lakukan di hari jadiku ini selain mohon ampun dan berdoa kepada-Nya.

Ya Allah ya Tuhanku, puji dan syukur aku sampaikan kehadirat-Mu, atas segala nikmat dan rahmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Nikmat dan rahmat yang begitu banyak sehingga aku tidak bisa menghitung berapa jumlah dan harganya nikmat-Mu itu Ya Allah.

Ya Allah, dari usia dan umur yang telah Engkau berikan, begitu banyak dosa yang telah hamba-Mu lakukan, begitu besar kesalahan yang telah aku perbuat, begitu jauh aku bergelimang dosa, sehingga aku sering melupakan-Mu ya Allah. Sering aku melalaikan perintah-Mu ya Allah, tidak mendengarkan panggilan-Mu Ya Allah, begitu asyik aku mengarungi kehidupan duniawi, begitu jauh aku menyimpang dari jalan-Mu Ya Allah. Hari ini, di hari jadi ku ini aku memohon ampunan-Mu ya Allah atas segala kelalaian dan kesalahan yang telah aku lakukan selama ini. Ya Allah, Tuhan yang maha pengasih tolong selamatkanlah aku dari kepedihan azab-Mu.

Ya Allah, wahai Zat yang menunjuki orang yang tersesat, pengasih terhadap orang yang berdosa, dan pemaaf bagi orang yang tergelincir pada kesalahan, Kasihanilah hamba-Mu ini, selamatkanlah aku dari segala bahaya kemaksiatan yang dapat menjerumuskanku ke dalam gejolak api neraka. Jadikanlah aku orang-orang yang senantiasa menyebut nama-Mu, mengingat keagungan-Mu, tidak pernah lupa akan segala kebesaran-Mu. Berilah kepadaku rezeki yang halal, yang toyyib serta dapat memberikan ketenangan dalam kehidupanku dengan limpahan rahmat-Mu, Ya Maha Pengasih.

Ya Allah ya Tuhanku, berikanlah umur yang barakah sehingga aku dapat melakukan ketaatan dan lebih bertaqarrub kepada-Mu Ya Mujibas saailin. Ya Allah ampunilah dosa-dosaku, dosa-dosa ibu bapakku, dosa-dosa seluruh keluargaku dan dosa seluruh orang telah berjasa kepadaku, dan dosa semua saudaraku baik yang masih hidup maupun yang telah wafat. Berikan petunjuk-Mu agar aku mampu membedakan yang haq dan yang batil. Berikan ketegaran untuk memilih jalan-Mu yang benar dan berikan pula kemampuan untuk menghindari jalan-jalan yang batil. Terimalah ya Allah segala amal ibadahku, dan perkenankanlah permohonan hamba-Mu ini, hanya kepada-Mu jualah ya Allah kami berserah diri. Amin.

Namun dengan diberikan umur berarti Allah masih memberikan kesempatan kepadaku untuk lebih banyak menggunakan usiaku untuk taat dan mendekatkan diri kepada-Nya. Doakan ya teman-teman mudah-mudahan dalam sisa umurku aku bisa lebih dekat kepada-Nya, dan aku juga bisa lebih bijaksana, dimudahkan rezekinya, dan dapat bermanfaat bagi orang lain.
=====================================
selama hidup ini, mulai dari usia baligh sampai sekarang, apakah usia itu banyak digunakan untuk beribadah atau bermaksiat.
Mata ini, sungguh tak terjaga, banyak melihat hal-hal yang diharamkan Allah SWT ketimbang melihat ayat-ayat-Nya.
Telinga ini tak terjaga, banyak mendengar hal-hal yang diharamkan Allah SWT ketimbang mendengar ayat-ayat Al Quran serta nasehat-nasehat taqwa.
Mulut ini, tak terjaga banyak membicarakan hal-hal haram, menggibah, berbohong, mencela, menyakiti hati oranglain, bicara kotor ketimbang berdzikir pada-Nya.
Tangan ini, tak terjaga banyak menyentuh, mengambil hal-hal yang bukan haknya.
Kaki ini, tak terjaga banyak melangkah menuju kemaksiatan, berat melangkah menuju mesjid-Mu.
Diri ini berlumur kehinaan karena dosa-dosa yang acapkali ku lakukan berulang-ulang.
Hati ini, penuh dengan penyakit hati, kemunafikan, seringkali lalai dari berdzikir pada-Mu.
Malu diri ini pada-Mu Ya Robb…… namun sungguh memalukan lagi ketika hati ini malah lebih malu pada makhluk-Mu sehingga kenuafikan itu datang lagi, semakin menggelapkan hati ini, secara sadar dan sengaja tak menghiraukan segala amanah-Mu, maksiat, maksiat dan maksiat lagi.
Bila Engkau Mau, tentu saja Engkau Bisa membinasakan hamba yang kerdil ini dengan segala azab-Mu yang pedih saat ini juga.
Namun rupanya tak Kau lakukan. Semoga itu semua pertanda bahwa Engkau masih memberikan waktu untukku bertaubat, bukan menjadikanku orang-orang yang diceritakan dalam ayat-Mu ini :
“Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka” (Q.S. Al Baqoroh : 15)
Naudzubillah………………
“Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, yang tiada Tuhan yang pantas disembah melainkan Engkau yang telah menciptakan diriku.
Aku adalah hamba-Mu, dan aku berada dalam perintah dan perjanjian-Mu, yang dengan segala kemampuanku perintah-Mu aku laksanakan.
Aku berlindung kepada-Mu dari segala kejelekan yang aku perbuat terhadap-Mu.
Engkau telah mencurahkan nikmat-Mu kepadaku, sementara aku senantiasa berbuat dosa. Maka ampunilah dosa-dosaku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau.”
” Wahai Tuhanku, aku tak layak ke SyurgaMu, namun tak pula aku sanggup ke nerakaMu, ampunkan dosaku, terimalah taubatku, sesungguhnya Engkaulah Pengampun dosa-dosaku ku”
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu segala kebajikan sebagaimana yang dimohon oleh Nabi-Mu Muhammad. Dan aku berlindung kepada-Mu dari segala kejelekan sebagaimana yang Nabi-Mu Muhammad mohon perlindungan.
Engkaulah yang Maha Pemberi Pertolongan, dan kepada-Mu lah puncak segala pengharapan. Tiada daya upaya untuk meninggalkan maksiat dan tiada kekuatan untuk melakukan ibadah kecuali atas pertolongan Allah.”
“Ya Allah panjangkanlah umur kami dalam mentaati-Mu, dan mentaati utusan-Mu serta jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang saleh.”
“Ya Allah, sesungguhnya dosa-dosaku tak akan kekal kecuali harapan akan ampunan-Mu.
Telah Aku hadapkan di depanku suatu penghalang, lalu aku memohon kepada-Mu sesuatu yang tak layak bagiku untuk Kau perkenankan, berdoa kepada-Mu sesuatu yang tak layak bagiku untuk Kau ijabahi, dan merendahkan diri kepada-Mu dengan sesuatu yang tak layak di hadapan-Mu.
Namun bagi-Mu tidak tersembunyi keadaanku walaupun tersembunyi bagi manusia untuk mengetahui persoalanku yang sebenarnya.
Ya Allah, jika rizkiku ada di langit turunkan, jika ada di bumi keluarkan, jika jauh dekatkan, jika dekat mudahkan, jika sedikit perbanyaklah, dan berkahi aku di dalamnya”
Ya Allah, baguskanlah untukkku agamaku yang menjadi pangkal urusanku, baguskanlah duniaku yang menjadi tempat penghidupanku, serta baguskanlah akhiratku yang menjadi tempat kembaliku. Jadikanlah hidupku menjadi bekal bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah matiku sebagai pelepas dari segala keburukan.
Rabbanaa aatinaa fid dun-nyaa hasanatan wa fil aakhirati hasanatan wa qinaa ‘adzaaban naari……..
Amin ya Rabbal ‘alamin……

Sugianto Parjan Full
Read more ...

_Cermin Diri_

0 komentar
Bismillah...

Assalamu alaikum warahmatullahi Wabarakatuh...


Tatkala kudatangi sebuah cermin,

Tampak sesosok yang sudah lama kukenali,

Namun ANEH,

Sesungguhnya aku belum

mengenal siapa yang kulihat.


Tatkala kutatap wajah,hatiku bertanya

apakah wajah ini yang kelak kan bercahaya,

bersinar indah di syurga sana?


Ataukah wajah ini yang akan hangus legam di neraka Jahanam??


Tatkala kutatap mataku,galau hatiku bertanya...

Mata inikah yang akan menatap penuh kelazatan dan kerinduan

menatap Allah,menatap Rasulullah...

menatap kekasih Allah kelak??


Ataukah mata ini yang akan terbeliak.melotot,menganga terburai

menatap neraka jahanam...


Wahai mata,apa gerangan yang kau tatap selama ini??


Tatkala kutatap mulut,apakah mulut ini yang akan

mendesah penuh kerinduan mengucap LAAILAHA ILLALLAH

saat malaikat maut datang menjemput...

ataukah menjadi mulut menganga dengan lidah terjelir dengan

lengking jeritan pilu, yang akan menggugah sendi-sendi setiap pendengar,

ataukah menjadi mulut pemakan buah zaqqum Jahanam, yang getir menghunus penghancur usus...


Apa yang engkau ucapkan wahai mulut yang malang?!

Berapa banyak hari yang remuk dengan pisau kata-katamu yang menghiris tajam,

berapa banyak kata-kata yang manis semanis madu yang engkau ucapkan untuk menipu...?!


Betapa jarang engkau jujur,

betapa langkanya engkau menyebut nama Tuhanmu dengan tulus

betapa jarangnya engkau syahdu memohon agar Tuhanmu mengampuni segala dosa yang telah kau perbuat?!


Tatkala kutatap tubuhku,apakah tubuh ini

yang kelak kan penuh cahaya,bersinar,bersukacita,bercengkerama di syurga sana?

Ataukah tubuh yang akan tercabuk-cabuk hancur mendidih di dalam lahar membara Jahanam,

terpasung tanpa ampun,derita yang takkan pernah berakhir...


Wahai tubuh,

berapa banyak maksiat yang engkau lakukan...?

berapa banyak orang yang engkau dzalimi dengan tubuhmu...?

berapa banyak hambamu hamba-hamba Allah yang lemah

yang engkau tindas dengan kekuatanmu?!


Wahai tubuh,

seperti apakah isi gerangan hatimu?

Apakah isi hatimu sebagus kata-katamu,

atau sebagus daki yang melekat ditubuhmu?

Apakah hatimu seindah penampilanmu

atau sebusuk kotoranmu?!



Betapa berbeda,

apa yang nampak dalam cermin dengan apa yang tersembunyi...

Betapa aku telah tertipu...

Aku tertipu oleh topeng...

Betapa yang kulihat selama ini hanyalah topeng,

betapa pujian yang terhambur hanyalah memuji topeng,

betapa yang indah ternyata hanyalah memuji topeng...


Sedangkan aku,

hanyalah selonggok sampah busuk yang terbungkus...

Aku tertipu...

Aku malu...

Aku tertipu ya Allah...

Allah...! Selamatkanlah aku...

sumber : Group Sahabat Naldy
Read more ...

Sabtu, 13 Agustus 2011

_Penjabaran Angin Kepada ku_

0 komentar
Di malam yang syahdu ini, kembali ku tumpahkan  setitik tinta di atas kertas putih.

Padahal malam kian larut.

jangkrik pun mulai tidur diperaduannya.

hingga yang terdengar hanyalah suara angin yg sesekali meniupkan dirinya.

Angin itu sepertinya ingin mengatakan sesuatu padaku...

Mungkinkah ia ingin bertanya ...

"wahai engkau yang masih terjaga ditengah malam gulita ini, apa yang membuatmu ulit tuk pejamkan mata mu?"


Atau mungkinkah angin itu ingin berkata kepada ku ...

"Wahai Rabb ku, Sang Penguasa malam. Lihatlah dirinya yang masih terjaga dalam tidurnya. Entah apa yang sedang dipikirkannya ..".

ooh Angin ...

Ingin ku ceriakan kepadamu tentang segala kepenataku,kejenuhanku,kelelahanku. Tapi apakah kau dapat dapat mendengarkan curahan hatiku tanpa menceritakan kepada siapapun?

Wahai angin yang selalu terbangkan debu ...

"Tahukah kamu, apa itu cinta ?
Tahukah kamu, apa itu rindu ?
Tahukah kamu, apa itu ikhlas ?

Tahukah kamu, wahai angin ?"

Jabarkanlah kepadaku tentang ke tiga itu wahai angin ...

Angin menjawab ...

Cinta dalah keikhlasan debu untuk selalu diterbangkan olehku ..
Rindu adalah debu yang tak dapat terbang tanpa diriku. Hingga dia tak dapat berpisah denganku.
Ikhlas adalah kesepenuhan hati debu yang ingin bersamaku walau aku sering menerbangkannya. Kesepenuhan hati debu yang siap untuk terbang bersamaku.

Angin, kenapa begitu sulit aku mengartikan jabaranmu?

Wahai engkau, apakah penjabaranku yang terlalu tersirat atau kah dirimu yang tak pernah mengenal ketiga itu?

Cinta adalah sebah keikhlasan. Keikhlasan untuk memberi walau tak diberi.Keikhlasan kita untuk menyayangi walau tak disayangi. Karena cinta tak mutlah untuk memiliki dan tak harus memiliki.

Rindu adalah sebuah kedekatan. Rasa yang kian membuncah untuk bertemu dan tak ingin berpisah. Rasa untuk selalu ingin bersama.

Ikhlas adalah kesepenuhan hati untuk memberi, menerima dari keseluruhan yang hati kita.

Kau akan mengerti jika sudah saatnya kau untuk mengerti akan hal ini ..

Sekarang tidurlah, pejamkanlah mata mu .. Pinta angin kepada ku ..


Gorontalo, 11 Agustus 2011
01.50 wita
FMUBS
Read more ...

Selasa, 09 Agustus 2011

_Mabuk Asmara_

1 komentar

Bismillah...

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Wajah tampak merah seperti memakai blashon.
Ceria warnai wajah akhwat itu
Apa gerangan?
Oh, ternyata dia mendapat kabar bahwa ada seorang ikhwa yang ingin mengkhitbahnya
Hanya berupa kabar dan belum terealisasi.
Tapi kenapa akhwat itu begitu sumringah?
 
Beginilah ketika akhwat hendak akan di khitbah.
Ia akan segera mendapatkan tambatan hatinya
 
Tapi, ini barulah niat belum terealisasikan
Tapi mengapa akhwat itu begitu bahagia?
Oh, karena yang akan mengkhitbahna adalah satu-satunya ikhwa yang ia kenal selama menjadi akhwat.
Doa pun terucap dari dirinya.
Memohon kepada Allah, agar Allah lebih menggetarkan hati ikhwa itu untuk segera meminangnya.
Hem,hem,hem...
Beginilah doanya...
 
 
Ya Allah, Ya Rabbul ‘izzati, Engkau lah sang pemilik hati setiap manusia.
Engkau lah yang dapat membolak-balikkan hati.
Ya Allahu, Ya Rabbi...
Gerakkanlah hati ikhwa yang hendak melamarku, untuk segera mempercepat lamarannya untukku.
Ya Allah, jodohkanlah kami.
Satukanlah kami.
Jika ternyata kami tidak berjodoh, maka jodohkanlah kami ya Allah.
Jika ternyata Engkau telah menjodohkan dia dengan seseorang selain diriku, maka jangan biarkan itu terjadi ya Allah.
Jauhkanlah ia dengan jodohnya dan jauhkan lah pula aku dengan jodohku.
Jika kami sudah tidak mempunyai jodoh lagi, maka jodohkanlah kami berdoa.
Ya Allah, kabulkanlah permohonanku.
 
Oh, oh, oh, oh...
Terjadi pemaksaan permohonan doa dari sang akhwat.
Sepertinya ia ragu akan ketetapan Allah...
 
Ternyata, hal serupa pun terjadi diseberang sana.
Sang ikhwa pun berdoa dengan hal serupa.
Beginilah doanya...
Ya Allah, Raja dari segala Raja.
Ya Allah, Yang Maha Mengatur, Maha pemberi terbaik bagi hambaNya.
Dimalam yang penuh syahdu ini, hamba memohon kepadaMu Ya Allah.
Permohonan hamba ini adalah permohonan yang tulus dari dalam hati hamba yang paling terdalam dan sangat dalam.
Ya Allah, Engkau tahu apa yang ada di dalam hatiku.
Aku ingin sekali mengkhitbah akhwat itu, Ya Rabb.
Janganlah Engkau memberikannya jodoh, sebelum kedatanganku kepada dirinya.
Jika memang ada ikhwa yang ingin mengkhitbahnya, maka gerakkanlah hatinya untuk tidak menerima pinangan itu selain pinangan dari hamba ya Rabb.
Jangan berikan ia jodoh lain selain diriku, Ya Allah...
Kabulkanlah ya Allah...
 
Pendiktean terhadap doa antara mereka berdua terjadi.
Memaksakan kehendak mereka agar Allah menjodohkan mereka berdua tanpa meminta segala sesuatu yang terbaik untuk mereka.
 
 
Ukhti Fillah, bahwa jodoh itu sesuai dengan kapasitas dan totalitas dirimu kepada dien ini. Allah akan memberikan dirimu teman hidup sesuai dengan ketaatanmu kepadaNya. Allah akan memberikan pendaming hidup kepadamu sesuai dengan kadar keimanan mu.
Simaklah firman Allah dalam surah An-Nur : 26
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)”.


Maka, apa yang membuatmu ragu akan keputusanNya?
Bukankah setia perkataan Allah itu adalah pasti.

Ohh, seperti inilah orang yang sedang dimabuk asmara...

Gorontalo,9 Agustus 2011
23.51 wita
FMUBS
Read more ...

Minggu, 07 Agustus 2011

_Perempuan bak telur diatas tanduk_

2 komentar
Bismillah...

Asslamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

sepenggal wawancara :

Ibunya : "saya setuju-setuju aja kalo anak saya pacaran dengan dia. malah saya bangga kalo anak saya punya pacar seperti dia. Jason (sebut saja nama laki-lakinya itu) lulusan dari Cina. sekarang mau lanjut S2 di Amerika. jason juga pintar dan udah mapan. jadi apalagi yang mau diragukan dari Jason."

Wartawan : " jadi ada rencana bu untuk menikahkan anak ibu di usia muda?"

Ibunya : "ooh, kalo nikah sih belum ya. soalnya sinta anak saya mau 18 tahun, baru kelas 3 SMA pula. mungkin setelah kerja baru saya izinkan menikah"

itulah sepenggal wawancara disalah satu acara "ghibah" yang sempat saya lirik dan menyimak sebagian wawancara salah satu ibu dari Artis Indonesia yang sekarang lagi naik daun (uleett kali naek daunn). betapa bangganya ia mengatakan bahwa DIRINYA BENAR-BENAR BANGGA DENGAN ANAKNYA YANG PACARAN DENGAN PACARNYA YANG SEKARANG.

setelah beberapa saat melihat acara itu dan pergi berlalu dari depan Tv, kok malah saya yang sedih, jadi kepengen nangis (kalau perlu nangis darah sekalian). berasa kayak saya emak nya yang ngeliat anaknya bergandengan tangan dengan mesranya di depan umum, dengan menggunakan pakaian handuk (afwan saya sebut handuk karena dress nya mirip handuk), sambil bergandengan tak lupa pula berpelukan sambil senyam senyum bak pasangan yang baru saja menikah yang sedang dipotret oleh wartawan dan wartawati padahal emaknya sendiri gak nangisin tingkah laku anaknya. justru berbangga diri dengan tingkah laku anaknya.

Sinta yang notabene nya adalah muslim tetapi berperilaku layak seorang NonI (baca:Non-Islam). Inilah realita yang terjadi sekarang. Keterpurukan yang dialami oleh kaum muslim. Secara lahiriah kita tidak diserang secara terang-terangan oleh mereka (baca : Orang-orang kafir) tetapi kita di serang lewat pikiran. Fisik boleh aja islam, tapi tingkah laku NonI. inilah statement mereka terhadap kita kaum muslim. sadar atau tidak kita telah masuk dalam tipu daya mereka. pergaulan kita, cara kita bersosialisasi ala barat, berpakaian kita. bahkan yang tejadi sekarang adalah pakaian busana muslim dengan modif sana sini hingga tampil glamour dan terbuat dari kain berbahan tipis. hingga yang menggunakan layak orang yang tidak berpakaian sama sekali.   jilbab yang seharusnya menutup tubuh kita sekarang malah membungkus tubuh kita. sekali lagi layak orang yang tidak berpakaian.

MIRIS. ingin rasanya saya menangis melihat fenomena yang terjadi sekarang.

tanpa kita sadari sekali lagi tanpa kita sadari dengan mengizinkan atau membiarkan anak kita berpacaran berarti kita telah melepaskan anak kita ke dalam jurang, jurang yang begitu dalam. sehingga saat jatuh dalam jurang itu tak ada kesempatan lagi untuk kembali. perempuan itu ibarat telur diatas tanduk.salah sedikit dalam bergerak maka telur itu akan jatuh dan mustahil untuk disatukan kembali telur yang telah pecah.

kita semua terlalu tau dengan pekerja se*k komersial. kita semua terlalu tau bahwa mereka bekerja jika harganya pas. kita semua terlalu tau bahwa mereka bekerja bukan sembarang bekerja. ya, kita semua terlalu tau tentang hal itu. dengan membiarkan anak kita berpacaran apalagi dengan mengizinkan mereka untuk berpacaran secara tidak langsung, sekali lagi secara tidak langsung dan tanpa kita sadari kita telah menjerumuskan anak kita kedalam suatu kehinaan bahkan lebih hina dari pada para pekerja tersebut. para pekerja tersebut akan bekerja jika ada uang. tetapi anak kita??? sungguh sangat mustahil bila berpacaran tidak meraba ini dan meraba itu. bahkan lebih buruk lagi jika mereka melakukan suatu hubungan yang terlarang dengan alasan suka sama suka. manakah yang lebih hina? dengan bayaran uang kemudian ditinggalkan atau bayaran suka sama suka kemudian ditinggalkan?? Na'uzdubillahi min dzalik (penulis memohon ampun kepada Allah dan memohon untuk dijauhkan perbuatan hina itu dari dirinya)
mereka para pekerja, jika disentuh oleh L***ki  **d**g belang memasang patokan harga yang sangat mahaalll sedangkan para remaja yang dimabuk asmara ???
dalam hal ini bukan berarti penulis menyetujui apa yang dilakukan oleh para pekerja tersebut. tetapi penulis hanya ingin membandingkan betapa kita telah menjerumuskan anak kita kedalam kubang kehinaan yang paling dalam melebihi pekerja itu...

(penulis memohon untuk diampunkan kepada Allah dan dijauhkan dari perbuatan haram tersebut)


FMUBS, Gorontalo 7 Agustus 2011
06.06 wita
Read more ...

Sabtu, 06 Agustus 2011

_Jangan Pernah MeragukanNya_

0 komentar
Bismillah...

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Dulu tak begitu yakin akan terjadi suatu perubahan. Dulu tak begitu yakin bahwa akan ada perubahan. Dulu tak begitu yakin bahwa akan terjadi perubahan. Tetapi perubahan itu terjadi seiring berjalannya waktu. Kadang kita berpikir bahwa mustahil ini dapat terjadi. Mustahil itu dapat terjadi. Namun, kadang kita tak pernah berpikir atau bahkan tidak terlintas dalam benak kita, siapa yang mengatur dibalik semua itu. Kita kurang berpikir kesitu. Sehingga, kadang hati dan jiwa terkulai lemah, membenamkan dalam diri bahwa ini sulit terjadi.

Masya Allah..

Siapa yang mengendalikan ombak sehingga ia dapat membuat gelombang yang besar hingga gelombang itu dapat menghancurkan Aceh dan Mentawai.
Siapa yang membuat tanah itu bergoyang sehingga dapat merombak semua bangunan kokok di Jogja dan Padang?
Siapa yang dapat membuat angin itu berputar bagai tornado ditengah siang yang panas menghantam sebagian wilayah gorontalo?
Siapa yang dapat menjadikan pohon itu tumbuh dengan besar dan menghasilkan buah yang segar.
Siapa lagi kalau bukan Allah, Rabb alam semesta. Raja dari segala raja.
Akan terjadi perubahan dalam hitungan detik atau bahkan sebelum 1 detik pasti terjadi perubahan jika Allah menghendaki...

Maka, apa yang membuatmu ragu kepadaNya? Maka, apa yang membuatmu sungkan untuk meminta kepadaNya? Maka, apa yang membuatmu ragu untuk mengangkat tanganmu dan merengek bantuan kepadaNya?
Mengapa dirimu ragu atas kekuasannya?
Tidakkah kamu berpikir bahwa dari mana asal mulanya dirimu? Dari yang tidak ada menjadi ada.kemudian tidak ada dan menjadi ada kembali...
kenapa harus meminta kepada Dukun A? Kenapa harus percaya kepada binatang B? Kenapa harus percaya kepada Ramalan C? Bukankah mereka juga adalah makhluk yang sama seperti kita? Apa hebatnya mereka...???

Saudaraku, Allah telah memberikanmu 2 pilihan. Perubahan ke arah yang baik atau ke arah yang buruk. Dirimu tinggal memilih yang mana jalan yang engkau sukai dan yang engkau kehendaki. Tetapi, ada suatu masa dimana Allah meminta pertanggungjawaban atas pilihanmu itu...

Sekali lagi bahwa perubahan itu dapat terjadi...


FMUBS, Gorontalo 5 Agustus 2011.
23.30 Wita
Read more ...

Kamis, 04 Agustus 2011

_Jangan Bersedih Saudaraku_

2 komentar
Bismillah...

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Dalam kehidupan, pasti akan ada yang berubah maupun yang bertambah. Entah tambahan itu apakah suatu hal yang menyenangkan ataukah hal yang menyedihkan. Banyak hal yang terjadi menjadi sebuah penyesalan bahkan awal dari alasan sebuah kesedihan yang tiada akhir.

Namun ketika kita tidak berusaha mencari alasan-alasan yang baik dari sebuah penderitaan yang kita alami, seakan-akan kesedihan yang kita alami menjadikan kita sebagai orang yang terburuk keadaannya. Sudahkah kita belajar untuk melihat ke bawah?

Ya benar.

Melihat ke bawah.

Ternyata ada saja yang masih harus kita syukuri dari banyaknya kesedihan yang kita alami. Terkadang sulit untuk kita mencari jawaban mengapa suatu musibah justru terjadi pada diri kita sendiri. Kenapa bukan orang lain? Kenapa bukan orang yang bergembira itu? Kenapa bukan orang yang selalu bahagia itu?

Tapi tidakkah kita sadari bahwa kita hanya melihat dari sudut pandang mata kita. Bagaimana dengan Allah yang Maha Melihat dan Maha Bijaksana.

Tidak kita sadari semua, bahwa sudut pandang kita begitu sempit dan sangat sempit. Allah melihat dari segala sudut yang tidak akan pernah dapat dijangkau oleh manusia. Bukankah kitapun manusia, milik Dia Yang Maha Kuasa.

Berhakkah sebenarnya kita protes? Padahal kita adalah milik-Nya.

Sebuah pertanyaan yang tentu kita tau jawabannya.

Berusahalah merenung dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Berusahalah untuk mencari jawaban positif dari pertanyaan-pertanyaan itu.

Suatu ketika, ada seorang melaporkan kepada Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma, cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa Abu Darda’ radliallahu ‘anhu pernah mengatakan: “Fakir itu lebih aku cintai dari pada kaya dan sakit lebih aku sukai dari pada sehat.” Setelah mendengar laporan ini, Hasan mengatakan, “Semoga Allah mengampuni Abu Darda’, adapun yang benar, saya katakan:

من اتكل على حسن اختيار الله له لم يتمن غير الحالة التي اختار الله له

“Barangsiapa yang bersandar kepada pilihan terbaik yang Allah berikan untuknya, dia tidak akan berangan-angan selain keadaan yang pilihkan untuknya.” (Kanzul Ummal, Ali bin Hisamuddin al-Hindi)

Entahlah, seakan-akan manusia terus berusaha melawan kodratnya. Hingga ia tenggelam dengan permasalahanya sendiri yang tiada habisnya.

Lalu lupakah kita tentang hakikat sebenarnya kita diciptakan?

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُون

” Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adzariyat :56)

Jadi ketika pena diangkat dan catatan takdir telah kering, haruskah kita protes?

Menjalani dengan penuh tawakal dan berusaha menunaikan kewajiban, mungkin adalah obatnya. Daripada berkubang dengan kesedihan yang kita masih belum tau apakah hikmahnya.

بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

” Tidak! Barang siapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah:112)

Jika Engkau seorang yang bertauhid, untuk apa bersedih, untuk apa mengeluh, untuk sesuatu yang sebenarnya akan engkau jalani.

Percayalah, bukankah Allah tidak akan membebani seseorang diluar kesanggupannya?

Pertanyaan ini adalah hal yang harus engkau renungi. Agar engkau yakin, semua pasti bisa engkau lewati dengan baik. Karena percayalah selalu,

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6)

” Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5 – 6)

Jadi, untuk apa engkau bersedih lagi.

Tersenyumlah untuk dunia yang akan engakau jalani.

Itulah satu cara untuk mengurangi kesedihanmu, yang insya Allah akan berlalu dan akan diselingi kebahagiaan kembali.

Percayalah Allah sayang padamu.

sumber : http://www.facebook.com/photo.php?fbid=102074419888794&set=at.101924469903789.3707.101897029906533.100002006588210&type=1&ref=nf
Read more ...

_Hadits 29: Menjaga Lisan_

0 komentar

HADITS KEDUAPULUH SEMBILAN

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي عَنِ النَّارِ، قَالَ : لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْ   عَظِيْمٍ، وَإِنَّهُ لَيَسِيْرٌ عَلىَ مَنْ يَسَّرَهُ اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِ : تَعْبُدُ اللهَ لاَ تُشْرِكُ  بِهِ شَيْئاً، وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ، وَتَحُجُّ  الْبَيْتَ، ثُمَّ قَالَ : أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ، وَصَلاَةُ الرَّجُلِ فِي جَوْفِ   اللَّيْلِ، ثُمَّ قَالَ : } تَتَجَافَى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ.. –حَتَّى بَلَغَ-  يَعْمَلُوْنَ{ُ ثمَّ قَالَ : أَلاَ أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ الأَمْرِ وُعَمُوْدِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ ؟ قُلْتُ بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : رَأْسُ اْلأَمْرِ اْلإِسْلاَمُ وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ. ثُمَّ قَالَ: أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ ؟ فَقُلْتُ : بَلىَ  يَا رَسُوْلَ اللهِ . فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ وَقَالِ : كُفَّ  عَلَيْكَ هَذَا. قُلْتُ : يَا نَبِيَّ اللهِ، وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُوْنَ بِمَا نَتَكَلَّمَ بِهِ ؟ فَقَالَ : ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ، وَهَلْ   يَكُبَّ النَاسُ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوْهِهِمْ –أَوْ قَالَ : عَلىَ مَنَاخِرِهِمْ – إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ . [رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث  :
Dari Mu’az bin Jabal radhiallahuanhu dia berkata : Saya berkata : Ya Rasulullah, beritahukan saya tentang perbuatan yang dapat memasukkan saya ke dalam surga dan menjauhkan saya dari neraka, beliau bersabda: Engkau telah bertanya tentang sesuatu yang besar, dan perkara tersebut mudah bagi mereka yang dimudahkan Allah ta’ala, : Beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya sedikitpun, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji. Kemudian beliau (Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam) bersabda: Maukah engkau aku beritahukan tentang pintu-pintu surga ?; Puasa adalah benteng, Sodaqoh akan mematikan (menghapus) kesalahan sebagaimana air mematikan api, dan shalatnya seseorang di tengah malam (qiyamullail), kemudian beliau membacakan ayat (yang artinya) : “ Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya….”. Kemudian beliau bersabda: Maukah kalian aku beritahukan pokok dari segala perkara, tiangnya dan puncaknya ?, aku menjawab : Mau ya Nabi Allah. Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah Jihad. Kemudian beliau bersabda : Maukah kalian aku beritahukan sesuatu (yang jika kalian laksanakan) kalian dapat memiliki semua itu ?, saya berkata : Mau ya Rasulullah. Maka Rasulullah memegang lisannya lalu bersabda: Jagalah ini (dari perkataan kotor/buruk). Saya berkata: Ya Nabi Allah, apakah kita akan dihukum juga atas apa yang kita bicarakan ?, beliau bersabda: Ah kamu ini, adakah yang menyebabkan seseorang terjungkel wajahnya di neraka –atau sabda beliau : diatas hidungnya- selain buah dari yang diucapkan oleh lisan-lisan mereka .
(Riwayat Turmuzi dan dia berkata: Haditsnya hasan shahih)
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1.     Perhatian shahabat yang sangat besar untuk melakukan amal yang dapat memasukkan mereka ke surga.
2.     Amal perbuatan merupakan sebab masuk surga jika Allah menerimanya dan hal ini tidak bertentangan dengan sabda Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam  “Tidak masuk surga setiap kalian dengan amalnya ”. Makna hadits tersebut adalah bahwa amal dengan sendirinya tidak berhak memasukkan seseorang ke surga selama Allah belum menerimanya dengan karunia-Nya dan Rahmat-Nya.
3.     Mentauhidkan Allah dan menunaikan kewajibannya adalah sebab masuknya seseorang ke dalam surga.
4.     Shalat sunnah setelah  shalat fardhu merupakan sebab kecintaan Allah ta’ala kepada hambanya.
5.     Bahaya lisan dan perbuatannya akan dibalas dan bahwa dia dan mencampakkan seseorang ke neraka karena ucapannya.

sumber : http://haditsarbain.wordpress.com/2007/06/09/hadits-29-menjaga-lisan/
Read more ...

_Mari Mengamalkan Sunnah Puasa_

0 komentar
Bismillah...

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Berikut penjelasan mengenai berbagai hal yang disunnahkan ketika puasa:
1. Mengakhirkan Sahur
Disunnahkan bagi orang yang hendak berpuasa untuk makan sahur. Al Khottobi mengatakan bahwa makan sahur merupakan tanda bahwa agama Islam selalu mendatangkan kemudahan dan tidak mempersulit.[1] Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَرَادَ أَنْ يَصُومَ فَلْيَتَسَحَّرْ بِشَىْءٍ
Barangsiapa ingin berpuasa, maka hendaklah dia bersahur.”[2]
Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan demikian karena di dalam sahur terdapat keberkahan. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً
Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah.”[3] An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Karena dengan makan sahur akan semakin kuat melaksanakan puasa.”[4]
Makan sahur juga merupakan pembeda antara puasa kaum muslimin dengan puasa Yahudi-Nashrani (ahlul kitab). Dari Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ
Perbedaan antara puasa kita (umat Islam) dan puasa ahlul kitab terletak pada makan sahur.”[5] At Turbasyti mengatakan, “Perbedaan makan sahur kaum muslimin dengan ahlul kitab adalah Allah Ta’ala membolehkan pada umat Islam untuk makan sahur hingga shubuh, yang sebelumnya hal ini dilarang pula di awal-awal Islam. Bagi ahli kitab dan di masa awal Islam, jika telah tertidur, (ketika bangun) tidak diperkenankan lagi untuk makan sahur. Perbedaan puasa umat Islam (saat ini) yang menyelisihi ahli kitab patut disyukuri karena sungguh ini adalah suatu nikmat.”[6]
Sahur ini hendaknya tidak ditinggalkan walaupun hanya dengan seteguk air sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
السَّحُورُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ فَلاَ تَدَعُوهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جَرْعَةً مِنْ مَاءٍ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى المُتَسَحِّرِينَ
Sahur adalah makanan yang penuh berkah. Oleh karena itu, janganlah kalian meninggalkannya sekalipun hanya dengan minum seteguk air. Karena sesungguhnya Allah dan para malaikat bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur.”[7]
Disunnahkan untuk mengakhirkan waktu sahur hingga menjelang fajar. Hal ini dapat dilihat dalam hadits berikut. Dari Anas, dari Zaid bin Tsabit, ia berkata,
تَسَحَّرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قُمْنَا إِلَى الصَّلاَةِ. قُلْتُ كَمْ كَانَ قَدْرُ مَا بَيْنَهُمَا قَالَ خَمْسِينَ آيَةً.
Kami pernah makan sahur bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian kami pun berdiri untuk menunaikan shalat. Kemudian Anas bertanya pada Zaid, ”Berapa lama jarak antara adzan Shubuh[8] dan sahur kalian?” Zaid menjawab, ”Sekitar membaca 50 ayat”.[9] Dalam riwayat Bukhari dikatakan, “Sekitar membaca 50 atau 60 ayat.”
Ibnu Hajar mengatakan, “Maksud sekitar membaca 50 ayat artinya waktu makan sahur tersebut tidak terlalu lama dan tidak pula terlalu cepat.” Al Qurthubi mengatakan, “Hadits ini adalah dalil bahwa batas makan sahur adalah sebelum terbit fajar.”
Di antara faedah mengakhirkan waktu sahur sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar yaitu akan semakin menguatkan orang yang berpuasa. Ibnu Abi Jamroh berkata, “Seandainya makan sahur diperintahkan di tengah malam, tentu akan berat karena ketika itu masih ada yang tertidur lelap, atau barangkali nantinya akan meninggalkan shalat shubuh atau malah akan begadang di malam hari.”[10]
Bolehkah Makan Sahur Setelah Waktu Imsak (10 Menit Sebelum Adzan Shubuh)?
Syaikh ‘Abdul Aziz bin ‘Abdillah bin Baz –pernah menjabat sebagai ketua Al Lajnah Ad Da-imah (Komisi fatwa Saudi Arabia)- pernah ditanya, “Beberapa organisasi dan yayasan membagi-bagikan Jadwal Imsakiyah di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Jadwal ini khusus berisi waktu-waktu shalat. Namun dalam jadwal tersebut ditetapkan bahwa waktu imsak (menahan diri dari makan dan minum, -pen) adalah 15 menit sebelum adzan shubuh. Apakah seperti ini memiliki dasar dalam ajaran Islam? “
Syaikh rahimahullah menjawab:
Saya tidak mengetahui adanya dalil tentang penetapan waktu imsak 15 menit sebelum adzan shubuh. Bahkan yang sesuai dengan dalil Al Qur’an dan As Sunnah, imsak (yaitu menahan diri dari makan dan minum, -pen) adalah mulai terbitnya fajar (masuknya waktu shubuh). Dasarnya firman Allah Ta’ala,
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ
Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.” (QS. Al Baqarah: 187)
Juga dasarnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الفَجْرُ فَجْرَانِ ، فَجْرٌ يُحْرَمُ الطَّعَامُ وَتَحِلُّ فِيْهِ الصَّلاَةُ ، وَفَجْرٌ تُحْرَمُ فِيْهِ الصَّلاَةُ (أَيْ صَلاَةُ الصُّبْحِ) وَيَحِلُّ فِيْهِ الطَّعَامُ
“Fajar ada dua macam: [Pertama] fajar diharamkan untuk makan dan dihalalkan untuk shalat (yaitu fajar shodiq, fajar masuknya waktu shubuh, -pen) dan [Kedua] fajar yang diharamkan untuk shalat shubuh dan dihalalkan untuk makan (yaitu fajar kadzib, fajar yang muncul sebelum fajar shodiq, -pen).” (Diriwayatakan oleh Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro no. 8024 dalam “Puasa”, Bab “Waktu yang diharamkan untuk makan bagi orang yang berpuasa” dan Ad Daruquthni dalam “Puasa”, Bab “Waktu makan sahur” no. 2154. Ibnu Khuzaimah dan Al Hakim mengeluarkan hadits ini dan keduanya menshahihkannya sebagaimana terdapat dalam Bulughul Marom)
Dasarnya lagi adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ بِلاَلاً يُؤَذِّنُ بِلَيْلٍ فَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يُؤَذِّنَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ
Bilal biasa mengumandangkan adzan di malam hari. Makan dan minumlah sampai kalian mendengar adzan Ibnu Ummi Maktum.” (HR. Bukhari no. 623 dalam Adzan, Bab “Adzan sebelum shubuh” dan Muslim no. 1092, dalam Puasa, Bab “Penjelasan bahwa mulainya berpuasa adalah mulai dari terbitnya fajar”). Seorang periwayat hadits ini mengatakan bahwa Ibnu Ummi Maktum adalah seorang yang buta dan beliau tidaklah mengumandangkan adzan sampai ada yang memberitahukan padanya “Waktu shubuh telah tiba, waktu shubuh telah tiba.”[11]
2. Menyegerakan berbuka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.”[12]
Dalam hadits yang lain disebutkan,
لَا تَزَالُ أُمَّتِى عَلَى سُنَّتِى مَا لَمْ تَنْتَظِرْ بِفِطْرِهَا النُجُوْمَ
Umatku akan senantiasa berada di atas sunnahku (ajaranku) selama tidak menunggu munculnya bintang untuk berbuka puasa.”[13] Dan inilah yang ditiru oleh Rafidhah (Syi’ah), mereka meniru Yahudi dan Nashrani dalam berbuka puasa. Mereka baru berbuka ketika munculnya bintang. Semoga Allah melindungi kita dari kesesatan mereka.[14]
Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa sebelum menunaikan shalat maghrib dan bukanlah menunggu hingga shalat maghrib selesai dikerjakan. Inilah contoh dan akhlaq dari suri tauladan kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّىَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya berbuka dengan rothb (kurma basah) sebelum menunaikan shalat. Jika tidak ada rothb, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Dan jika tidak ada yang demikian beliau berbuka dengan seteguk air.”[15]
  1. 3. Berbuka dengan kurma jika mudah diperoleh atau dengan air.
Dalilnya adalah hadits yang disebutkan di atas dari Anas. Hadits tersebut menunjukkan bahwa ketika berbuka disunnahkan pula untuk berbuka dengan kurma atau dengan air. Jika tidak mendapati kurma, bisa digantikan dengan makan yang manis-manis. Di antara ulama ada yang menjelaskan bahwa dengan makan yang manis-manis (semacam kurma) ketika berbuka itu akan memulihkan kekuatan, sedangkan meminum air akan menyucikan.[16]
4. Berdo’a ketika berbuka
Perlu diketahui bersama bahwa ketika berbuka puasa adalah salah satu waktu terkabulnya do’a. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terdzolimi.”[17] Ketika berbuka adalah waktu terkabulnya do’a karena ketika itu orang yang berpuasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri.[18]
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berbuka beliau membaca do’a berikut ini,
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah (artinya: Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah)[19]
Adapun do’a berbuka,
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthortu (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku berbuka)[20] Do’a ini berasal dari hadits hadits dho’if (lemah).
Begitu pula do’a berbuka,
اللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika afthortu” (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku beriman, dan dengan rizki-Mu aku berbuka), Mula ‘Ali Al Qori mengatakan, “Tambahan “wa bika aamantu” adalah tambahan yang tidak diketahui sanadnya, walaupun makna do’a tersebut shahih.[21] Sehingga cukup do’a shahih yang kami sebutkan di atas (dzahabazh zhomau …) yang hendaknya jadi pegangan dalam amalan.
5. Memberi makan pada orang yang berbuka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.”[22]
6. Lebih banyak berderma dan beribadah di bulan Ramadhan
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ ، وَكَانَ جِبْرِيلُ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – يَلْقَاهُ كُلَّ لَيْلَةٍ فِى رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ ، يَعْرِضُ عَلَيْهِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – الْقُرْآنَ ، فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – كَانَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling gemar melakukan kebaikan. Kedermawanan (kebaikan) yang beliau lakukan lebih lagi di bulan Ramadhan yaitu ketika Jibril ‘alaihis salam menemui beliau. Jibril ‘alaihis salam datang menemui beliau pada setiap malam di bulan Ramadhan (untuk membacakan Al Qur’an) hingga Al Qur’an selesai dibacakan untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apabila Jibril ‘alaihi salam datang menemuinya, beliau adalah orang yang lebih cepat dalam kebaikan dari angin yang berhembus.”[23]
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih banyak lagi melakukan kebaikan di bulan Ramadhan. Beliau memperbanyak sedekah, berbuat baik, membaca Al Qur’an, shalat, dzikir dan i’tikaf.”[24]
Dengan banyak berderma melalui memberi makan berbuka dan sedekah sunnah dibarengi dengan berpuasa itulah jalan menuju surga.[25] Dari ‘Ali, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« إِنَّ فِى الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا ». فَقَامَ أَعْرَابِىٌّ فَقَالَ لِمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ »
Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya.” Lantas seorang arab baduwi berdiri sambil berkata, “Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasululullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa berpuasa dan shalat pada malam hari diwaktu manusia pada tidur.”[26]

Semoga sajian ini bermanfaat.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id

[1] ‘Aunul Ma’bud, 6/336. [2] HR. Ahmad 3/367. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini derajatnya hasan dilihat dari jalur lainnya, yaitu hasan lighoirihi.
[3] HR. Bukhari no. 1923 dan Muslim no. 1095.
[4] Al Majmu’, 6/359.
[5] HR. Muslim no. 1096.
[6] ‘Aunul Ma’bud, 6/336.
[7] HR. Ahmad 3/12, dari Abu Sa’id Al Khudri. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dilihat dari jalur lainnya.
[8] Yang dimaksudkan dengan adzan di sini adalah adzan kedua yang dilakukan oleh Ibnu Ummi Maktum, sebagai tanda masuk waktu shubuh atau terbit fajar (shodiq). (Lihat Fathul Bari, 2/54)
[9] HR. Bukhari no. 575 dan Muslim no. 1097.
[10] Lihat Fathul Bari, 4/138.
[11] Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 15/281-282.
[12] HR. Bukhari no. 1957 dan Muslim no. 1098, dari Sahl bin Sa’ad.
[13] HR. Ibnu Hibban 8/277 dan Ibnu Khuzaimah 3/275. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.
[14] Lihat Shifat Shoum Nabi, hal. 63.
[15] HR. Abu Daud no. 2356 dan Ahmad 3/164. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.
[16] Lihat Kifayatul Akhyar, hal. 289.
[17] HR. Tirmidzi no. 2526 dan Ibnu Hibban 16/396. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[18] Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 7/194.
[19] HR. Abu Daud no. 2357. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
[20] HR. Abu Daud no. 2358, dari Mu’adz bin Zuhroh. Mu’adz adalah seorang tabi’in. Sehingga hadits ini mursal (di atas tabi’in terputus). Hadits mursal merupakan hadits dho’if karena sebab sanad yang terputus. Syaikh Al Albani pun berpendapat bahwasanya hadits ini dho’if. (Lihat Irwaul Gholil, 4/38)
Hadits semacam ini juga dikeluarkan oleh Ath Thobroni dari Anas bin Malik. Namun sanadnya terdapat perowi dho’if yaitu Daud bin Az Zibriqon, di adalah seorang perowi matruk (yang dituduh berdusta). Berarti dari riwayat ini juga dho’if. Syaikh Al Albani pun mengatakan riwayat ini dho’if. (Lihat Irwaul Gholil, 4/37-38)
Di antara ulama yang mendho’ifkan hadits semacam ini adalah Ibnu Qoyyim Al Jauziyah. (Lihat Zaadul Ma’ad, 2/45)
[21] Mirqotul Mafatih, 6/304.
[22] HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5/192, dari Zaid bin Kholid Al Juhani. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[23] HR. Bukhari no. 1902 dan Muslim no. 2308.
[24] Zaadul Ma’ad, 2/25.
[25] Lihat Lathoif Al Ma’arif, 298.
[26] HR. Tirmidzi no. 1984. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
Read more ...

_11 Amalan Ketika Berbuka Puasa_

0 komentar
Bismillah...

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Ketika berbuka puasa sebenarnya terdapat berbagai amalan yang membawa kebaikan dan keberkahan. Namun seringkali kita melalaikannya, lebih disibukkan dengan hal lainnya. Hal yang utama yang sering dilupakan adalah do’a. Secara lebih lengkapnya, mari kita lihat tulisan berikut seputar sunnah-sunnah ketika berbuka puasa:
Pertama: Menyegerakan berbuka puasa.
Yang dimaksud menyegerakan berbuka puasa, bukan berarti kita berbuka sebelum waktunya. Namun yang dimaksud adalah ketika matahari telah tenggelam atau ditandai dengan dikumandangkannya adzan Maghrib, maka segeralah berbuka. Dan tidak perlu sampai selesai adzan atau selesai shalat Maghrib. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. Bukhari no. 1957 dan Muslim no. 1098)
Dalam hadits yang lain disebutkan,
لَا تَزَالُ أُمَّتِى عَلَى سُنَّتِى مَا لَمْ تَنْتَظِرْ بِفِطْرِهَا النُجُوْمَ
Umatku akan senantiasa berada di atas sunnahku (ajaranku) selama tidak menunggu munculnya bintang untuk berbuka puasa.” (HR. Ibnu Hibban 8/277 dan Ibnu Khuzaimah 3/275, sanad shahih). Inilah yang ditiru oleh Rafidhah (Syi’ah), mereka meniru Yahudi dan Nashrani dalam berbuka puasa. Mereka baru berbuka ketika munculnya bintang. Semoga Allah melindungi kita dari kesesatan mereka. (Lihat Shifat Shoum Nabi, 63)
Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa sebelum menunaikan shalat Maghrib dan bukanlah menunggu hingga shalat Maghrib selesai dikerjakan. Inilah contoh dan akhlaq dari suri tauladan kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّىَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya berbuka dengan rothb (kurma basah) sebelum menunaikan shalat. Jika tidak ada rothb, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Dan jika tidak ada yang demikian beliau berbuka dengan seteguk air.” (HR. Abu Daud no. 2356 dan Ahmad 3/164, hasan shahih)
Kedua: Berbuka dengan rothb, tamr atau seteguk air.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits Anas bin Malik di atas, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menyukai berbuka dengan rothb (kurma basah) karena rothb amat enak dinikmati. Namun kita jarang menemukan rothb di negeri kita karena kurma yang sudah sampai ke negeri kita kebanyakan adalah kurma kering (tamr). Jika tidak ada rothb, barulah kita mencari tamr (kurma kering). Jika tidak ada kedua kurma tersebut, maka bisa beralih ke makanan yang manis-manis sebagai pengganti. Kata ulama Syafi’iyah, ketika puasa penglihatan kita biasa berkurang, kurma itulah sebagai pemulihnya dan makanan manis itu semakna dengannya (Kifayatul Akhyar, 289). Jika tidak ada lagi, maka berbukalah dengan seteguk air. Inilah yang diisyaratkan dalam hadits Anas di atas.
Ketiga: Sebelum makan berbuka, ucapkanlah ‘bismillah’ agar tambah barokah.
Inilah yang dituntunkan dalam Islam agar makan kita menjadi barokah, artinya menuai kebaikan yang banyak.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فَإِنْ نَسِىَ أَنْ يَذْكُرَ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فِى أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ
Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia menyebut nama Allah Ta’ala (yaitu membaca ‘bismillah’). Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah Ta’ala di awal, hendaklah ia mengucapkan: “Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya)”.” (HR. Abu Daud no. 3767 dan At Tirmidzi no. 1858, hasan shahih)
Dari Wahsyi bin Harb dari ayahnya dari kakeknya bahwa para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَأْكُلُ وَلاَ نَشْبَعُ. قَالَ « فَلَعَلَّكُمْ تَفْتَرِقُونَ ». قَالُوا نَعَمْ. قَالَ « فَاجْتَمِعُوا عَلَى طَعَامِكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ يُبَارَكْ لَكُمْ فِيهِ »
Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan tidak merasa kenyang?” Beliau bersabda: “Kemungkinan kalian makan sendiri-sendiri.” Mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda: “Hendaklah kalian makan secara bersama-sama, dan sebutlah nama Allah, maka kalian akan diberi berkah padanya.” (HR. Abu Daud no. 3764, hasan). Hadits ini menunjukkan bahwa agar makan penuh keberkahan, maka ucapkanlah bismilah serta keberkahan bisa bertambah dengan makan berjama’ah (bersama-sama).
Keempat: Berdo’a ketika berbuka “Dzahabazh zhoma-u …”
Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا أَفْطَرَ قَالَ « ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ ».
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika telah berbuka mengucapkan: ‘Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah (artinya: Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah)’.” (HR. Abu Daud no. 2357, hasan). Do’a ini bukan berarti dibaca sebelum berbuka dan bukan berarti puasa itu baru batal ketika membaca do’a di atas. Ketika ingin makan, tetap membaca ‘bismillah’ sebagaimana dituntunkan dalam penjelasan sebelumnya. Ketika berbuka, mulailah dengan membaca ‘bismillah’, lalu santaplah beberapa kurma, kemudian ucapkan do’a di atas ‘dzahabazh zhoma-u …’. Karena do’a di atas sebagaimana makna tekstual dari “إِذَا أَفْطَرَ “, berarti ketika setelah berbuka.
Catatan: Adapun do’a berbuka, “Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthortu (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku berbuka)” Do’a ini berasal dari hadits hadits dho’if (lemah).  Begitu pula do’a berbuka, “Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika afthortu” (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku beriman, dan dengan rizki-Mu aku berbuka), Mula ‘Ali Al Qori mengatakan, “Tambahan “wa bika aamantu” adalah tambahan yang tidak diketahui sanadnya, walaupun makna do’a tersebut shahih. Sehingga cukup do’a shahih yang kami sebutkan di atas (dzahabazh zhomau …) yang hendaknya jadi pegangan dalam amalan.
Kelima: Berdo’a secara umum ketika berbuka.
Ketika berbuka adalah waktu mustajabnya do’a. Jadi janganlah seorang muslim melewatkannya. Manfaatkan moment tersebut untuk berdo’a kepada Allah untuk urusan dunia dan akhirat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terzholimi.” (HR. Tirmidzi no. 2526 dan Ibnu Hibban 16/396, shahih). Ketika berbuka adalah waktu terkabulnya do’a karena ketika itu orang yang berpuasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 7: 194).
Keenam: Memberi makan berbuka.
Jika kita diberi kelebihan rizki oleh Allah, manfaatkan waktu Ramadhan untuk banyak-banyak berderma, di antaranya adalah dengan memberi makan berbuka karena pahalanya yang amat besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5/192, hasan shahih)
Ketujuh: Mendoakan orang yang beri makan berbuka.
Ketika ada yang memberi kebaikan kepada kita, maka balaslah semisal ketika diberi makan berbuka. Jika kita tidak mampu membalas kebaikannya dengan memberi yang semisal, maka doakanlah ia.  Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ
Barangsiapa yang memberi kebaikan untukmu, maka balaslah. Jika engkau tidak dapati sesuatu untuk membalas kebaikannya, maka do’akanlah ia sampai engkau yakin engkau telah membalas kebaikannya.” (HR. Abu Daud no. 1672 dan Ibnu Hibban 8/199, shahih)
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi minum, beliau pun mengangkat kepalanya ke langit dan mengucapkan,
اللَّهُمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِى وَأَسْقِ مَنْ أَسْقَانِى
Allahumma ath’im man ath’amanii wa asqi man asqoonii” [Ya Allah, berilah ganti makanan kepada orang yang memberi makan kepadaku dan berilah minuman kepada orang yang memberi minuman kepadaku]” (HR. Muslim no. 2055)
Kedelapan: Ketika berbuka puasa di rumah orang lain.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika disuguhkan makanan oleh Sa’ad bin ‘Ubadah, beliau mengucapkan,
أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُونَ وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ الأَبْرَارُ وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ
Afthoro ‘indakumush shoo-imuuna wa akala tho’amakumul abroor wa shollat ‘alaikumul malaa-ikah [Orang-orang yang berpuasa berbuka di tempat kalian, orang-orang yang baik menyantap makanan kalian dan malaikat pun mendo’akan agar kalian mendapat rahmat].” (HR. Abu Daud no. 3854 dan Ibnu Majah no. 1747 dan Ahmad 3/118, shahih)
Kesembilan: Ketika menikmati susu saat berbuka.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَطْعَمَهُ اللَّهُ الطَّعَامَ فَلْيَقُلِ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ وَأَطْعِمْنَا خَيْرًا مِنْهُ. وَمَنْ سَقَاهُ اللَّهُ لَبَنًا فَلْيَقُلِ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ وَزِدْنَا مِنْهُ
Barang siapa yang Allah beri makan hendaknya ia berdoa: “Allaahumma baarik lanaa fiihi wa ath’imnaa khoiron minhu” (Ya Allah, berkahilah kami padanya dan berilah kami makan yang lebih baik darinya). Barang siapa yang Allah beri minum susu maka hendaknya ia berdoa: “Allaahumma baarik lanaa fiihi wa zidnaa minhu” (Ya Allah, berkahilah kami padanya dan tambahkanlah darinya). Rasulullah shallallahu wa ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada sesuatu yang bisa menggantikan makan dan minum selain susu.” (HR. Tirmidzi no. 3455, Abu Daud no. 3730, Ibnu Majah no. 3322, hasan)
Kesepuluh: Minum dengan tiga nafas dan membaca ‘bismillah’.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
كان يشرب في ثلاثة أنفاس إذا أدنى الإناء إلى فيه سمى الله تعالى وإذا أخره حمد الله تعالى يفعل ذلك ثلاث مرات
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa minum dengan tiga nafas. Jika wadah minuman didekati ke mulut beliau, beliau menyebut nama Allah Ta’ala. Jika selesai satu nafas, beliau bertahmid (memuji) Allah Ta’ala. Beliau lakukan seperti ini tiga kali.” (Shahih, As Silsilah Ash Shohihah no. 1277)
Kesebelas: Berdoa sesudah makan.
Di antara do’a yang shahih yang dapat diamalkan dan memiliki keutamaan luar biasa adalah do’a yang diajarkan dalam hadits berikut. Dari Mu’adz bin Anas, dari ayahnya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَكَلَ طَعَامًا فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَطْعَمَنِى هَذَا وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّى وَلاَ قُوَّةٍ. غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barang siapa yang makan makanan kemudian mengucapkan: “Alhamdulillaahilladzii ath’amanii haadzaa wa rozaqoniihi min ghairi haulin minnii wa laa quwwatin” (Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini, dan merizkikan kepadaku tanpa daya serta kekuatan dariku), maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Tirmidzi no. 3458, hasan)
Namun jika mencukupkan dengan ucapan “alhamdulillah” setelah makan juga dibolehkan berdasarkan hadits Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا
Sesungguhnya Allah Ta’ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid (alhamdulillah) sesudah makan dan minum” (HR. Muslim no. 2734) An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Jika seseorang mencukupkan dengan bacaan “alhamdulillah” saja, maka itu sudah dikatakan menjalankan sunnah.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 17: 51)
Demikian beberapa amalan ketika berbuka puasa. Moga yang sederhana ini bisa kita amalkan. Dan moga bulan Ramadhan kita penuh dengan kebaikan dan keberkahan. Wallahu waliyyut taufiq.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.

Panggang-Gunung Kidul, 27 Sya’ban 1432 H (29/07/2011)
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id
Read more ...