. Ahlan wa Sahlan: _Apakah Ta'aruf adalah pacaran???_

Minggu, 16 Oktober 2011

_Apakah Ta'aruf adalah pacaran???_

Bismillah ...

Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh...

Segala puji bagi Allah yang selalu menjadikan kita seorang hamba yang senantiasa bersyukur kepadaNya atas segala pemberianNya.

Segala puji bagi Allah yang menjadikan kita wanita-wanita yang insya Allah tetap istiqomah dijalanNya.

Segala puji bagi Allah yang menjadikan kita seorang mukminah yang paham terhadap agamaNya.

Segala puji bagi Allah, yang insya Allah kita dihindarkan dari segala sesuatu yang mengundang makar Allah.

Kira-kira 2 pekan yang lalu, saat channel Tv sedang diganti-ganti oleh bapak yang asyik menonton, tiba-tiba bapak berhenti memindahkan channel Tv pada salah satu stasiun Tv yang saat itu sedang diputarnya berita infotainment. Isi berita itu seputar salah satu aktifis dakwah yang dikagumi oleh kebanyakan orang Indonesia. Berita seputar proses ta’aruf yang sedang dilakukannya, begitu kata host nya. Saya yang saat itu mau ke dapur terhenti melangkah sesaat mendengar statementnya yang membuat darah saya mendidih. “kita sekarang sedang menjalankan ta’aruf. Ta’aruf diantara kita pada bulan Juli, kira-kira sudah 2 bulan lebih kita berta’aruf.  Ya kalau cocok kita lanjut. Waktu pernikahan kami telah ditentukan bulan 2 tahun depan”.  Pada kesempatan yang lain mereka selalu terlihat jalan berdua. Saat itu rasanya saya ingin menangis dan segera meminta bapak untuk memindahkan channel Tv.

Entah apa yang sedang terjadi sekarang. Apakah karena keterbatasan kita dalam menuntut ilmu atau kah karena kita mendahulukan nafsu kita dalam melakukan setiap tindakan.  ~Na’udzubillah, semoga kita selalu berada dalam lindungan Allah Subhanahu wata’ala~

Mungkinkah saya yang terlalu kolot dalam memandang sesuatu yang disyari’at kan ataukah mereka yang memudah-mudahkan syari’at dan mengubah syari’at sesuai dengan tuntutan zaman? ~semoga kita selalu ditunjukan mana yang batil dan mana yang haq~

Saudara ku, ingin hati ini menangis karena tercabik-cabik oleh fenomena yang terjadi sekarang. Entah bagaimana mereka menafsirkan kata “Ta’aruf”.  Sekali lagi akankah saya yang terlalu kolot dalam memahami syari’atnya Allah atau mereka yang selalu mengedepankan nafsunya dalam bertindak.

Saudaraku, sebelum kita melangkah menuju mahligai pernikahan maka tidak ada komunikasi intensif yang harus terjadi di antara kita dan dia. Tidak ada pertemuan yang intensif antara kita dan dia, walaupun kita bertemu dengannya dengan menjaga jarak 10 meter, hal tersebut pun tidak boleh kita lakukan. Terlebih jika kita mengiyakan ajakannya untuk dinner, sekalipun kita pergi beramai-ramai, hal tersebut pun terlarang. Sebab akad diantara kita dan dia belum terjadi. bukankah ada yang dinamakan dengan ikhtilath? Jika kita melakukan pertemuan yang intensif, komunikasi yang keseringan hingga jalan bareng pun terjadi, maka sadar ataupun tidak kita telah melakukan pacaran. Dan bukan ta’aruf. Bagaimana mungkin seseorang yang tidak memiliki ikatan melakukan hal-hal seperti orang yang telah memiliki ikatan? Ketika kita berdalih bahwa ini adalah bagian dari ta’aruf, proses pengenalan sifat dan karakter maka bukan seperti ini caranya. Terlebih kita telah menjalin hubungan dengannya hampir setahun dan waktu penentuan hari pernikahan pun masih berbulan-bulan lamanya. Wal ‘iyya’udzubilllah.

Saudaraku, bukankah kehancuran Bani Israil –bangsa yang terlaknat– berawal dari fitnah (godaan) wanita? Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:“Telah terlaknat orang-orang kafir dari kalangan Bani Israil melalui lisan Nabi Dawud dan Nabi ‘Isa bin Maryam. Hal itu dikarenakan mereka bermaksiat dan melampaui batas. Adalah mereka tidak saling melarang dari kemungkaran yang mereka lakukan. Sangatlah jelek apa yang mereka lakukan.” (Al-Ma`idah: 79-78)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau (indah memesona), dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kalian sebagai khalifah (penghuni) di atasnya, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memerhatikan amalan kalian. Maka berhati-hatilah kalian terhadap dunia dan wanita, karena sesungguhnya awal fitnah (kehancuran) Bani Israil dari kaum wanita.” (HR. Muslim, dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memperingatkan umatnya untuk berhati-hati dari fitnah wanita, dengan sabda beliau: “Tidaklah aku meninggalkan fitnah sepeninggalku yang lebih berbahaya terhadap kaum lelaki dari fitnah (godaan) wanita.” (Muttafaqun ‘alaih, dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma)

Saudaraku, kita terlalu tau tentang hadits ini bahwa memandang wanita yang tidak halal untuk dipandang meskipun tanpa syahwat adalah zina mata . Mendengar ucapan wanita (selain istri) dalam bentuk menikmati adalah zina telinga. Berbicara dengan wanita (selain istrinya) dalam bentuk menikmati atau menggoda dan merayunya adalah zina lisan. Menyentuh wanita yang tidak dihalalkan untuk disentuh baik dengan memegang atau yang lainnya adalah zina tangan. Mengayunkan langkah menuju wanita yang menarik hatinya atau menuju tempat perzinaan adalah zina kaki. Sementara kalbu berkeinginan dan mengangan-angankan wanita yang memikatnya, maka itulah zina kalbu. Kemudian boleh jadi kemaluannya mengikuti dengan melakukan perzinaan yang berarti kemaluannya telah membenarkan atau dia selamat dari zina kemaluan yang berarti kemaluannya telah mendustakan. (Lihat Syarh Riyadhis Shalihin karya Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, pada syarah hadits no. 16 22)
Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan janganlah kalian mendekati perbuatan zina, sesungguhnya itu adalah perbuatan nista dan sejelek-jelek jalan.” (Al-Isra`: 32).

Lalu dimanakah semua yang telah Allah syari’atkan kepada kita? Kita kemanakan ilmu yang kita miliki dalam majelis-majelis ilmu.

Ya Allah, Ya Rabbi, kami berlindung kepada Mu dari segala sesuatu yang akan mendatangkan makarMu.

FMUBS, Makassar 16 Okt 2011.
21.08 wita

0 komentar: